Sunday, January 30, 2011

Sayap

Kamis, 27/01/2011 09:35 WIB

Sekumpulan burung dara tampak berkerumun di depan sarang mereka di sebuah pohon besar di tepian hutan. Keluarga besar burung ini sepertinya sedang bersiap untuk terbang ke suatu tempat. Wajah-wajah riang menghias tingkah mereka.

Hari itu, keluarga besar burung dara itu memang akan berangkat menuju ladang jagung yang bersebelahan dengan hutan tempat mereka tinggal. Naluri mereka seperti sudah menjadwalkan kalau hari itu butiran-butiran jagung lezat akan berserakan seusai panen petani.
“Ah, sebuah tempat yang begitu mengasyikkan,” bisik hati seekor burung dara muda yang juga tak mau ketinggalan. Dan, mereka pun mulai mengepak-ngepakkan sayap masing-masing untuk siap terbang.

Sayangnya, sebatang dahan kering tiba-tiba terjatuh dan tepat menimpa si burung dara muda. “Aduh!” teriak sang burung spontan.
Dahan patah yang terjatuh dari ketinggian itu tepat menimpa sayap kanan sang burung. Ia pun merintih kesakitan.

Semua burung yang lain sudah terlanjur terbang meninggalkan si burung dara muda yang masih di depan sarang. Begitu bersemangatnya mereka terbang, hingga lupa kalau salah satu saudara mereka masih tertinggal di pintu sarang.

Kini tinggallah si burung dara muda merintih kesakitan. Beberapa kali ia mencoba terbang, tapi sayapnya yang luka masih nyeri untuk digerakkan. ”Ah, mungkin sayap kananku patah!” keluh sang burung masih membayangkan tempat indah yang mungkin kini sedang dinikmati saudara-saudaranya.

Dalam kesendirian itu, ia sempat bergumam, ”Tuhan, kenapa kau timpakan ketidaknyamanan hanya buatku seorang.”

Selama beberapa jam ia menunggu kepulihan sayapnya agar bisa terbang. Tiba-tiba, seekor burung dara menukik tajam dan nyaris menabrak sarang di mana si burung muda beristirahat. Ia pun kaget ketika mendapati salah seorang saudaranya sudah berada persis di depannya dengan beberapa luka di bagian pangkal kaki dan dada.
“Ada apa, saudaraku?” ucap si burung dara muda sambil memeriksa luka saudaranya. “Mana yang lain?” sambungnya.

Dengan tertatih-tatih, saudara burung itu pun berujar pelan. ”Semuanya tertangkap jebakan manusia. Hanya aku yang berhasil kabur,” ucap sang burung sebelum akhirnya terkulai.
Saat itu, si burung dara muda pun tercenung. Ia seolah bingung, apakah dengan kondisi patah sayapnya itu ia sedang diberikan ketidaknyamanan oleh Tuhan, atau sebaliknya.
**
Dalam upaya menggapai cita-cita hidup, tidak jarang terjadi ‘patah sayap’ yang dialami sebagian kita. Bisa berupa gagal karir karena musibah, putus pendidikan karena biaya, gagal berjodohan karena sesuatu hal, dan sebagainya.


Nurani kemanusiaan kita pun seperti berontak untuk akhirnya mengatakan, “Tuhan, kenapa Kau timpakan ketidaknyamanan ini buatku seorang?”

Kalau saja ada kemampuan mata kita untuk melihat ujung perjalanan waktu yang akan kita alami, kalau saja kita bisa mengintip dari celah tirai hikmah hidup yang akan dilalui, mungkin hati dan lidah kita akan berujar, ”Terima kasih atas ketidaknyamanan ini, wahai Yang Maha Sayang!” (muhammadnuh@eramuslim.com)

Friday, January 28, 2011

Prestasi dan Prestise

25/1/2011 | 19 Shafar 1432 H | Hits: 1.691
Oleh: adi putra
 

dakwatuna.com – Saya akan memulai tulisan ini dengan beberapa firman dari Allah dan petuah kekasihNya, Rasulullah SAW
“…maka berlomba-lombalah kamu dalam hal kebaikan…” (QS Al-Baqarah 148)
“…sungguh yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling tinggi ketaqwaannya…” (QS Al-Hujurat 13)
“…sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.” (HR Bukhari)
Kawan, tiga buah hujjah di atas sedang berbicara pada kita tentang satu hal, prestasi. Prestasi adalah suatu hal yang sangat penting, sehingga dia menjadi pantas diserukan dalam Al-Qur’an dan hadits Rasul. Berprestasi sebenarnya menjadi tuntutan bagi setiap muslim, karena harga seorang muslim di hadapan Allah nantinya ditentukan oleh prestasi taqwa yang dia ukir selama hidup di dunia. Allah dan Rasul memberikan sebuah pattern bahwa yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah yang paling tinggi prestasi taqwa-nya.
Tapi sadar kita atau tidak, ada saudara kembar yang selalu hadir bersama prestasi, yaitu prestise, kebanggaan. Prestasi dan prestise adalah dua hal yang mungkin akan selalu hadir bersama. Ketidakbijakan kita untuk menempatkan mereka dengan baik bisa berujung petaka bagi kita, kalau tidak akan di dunia, mungkin petaka di akhirat. Yang harus kita sadari adalah bahwa prestise hanyalah merupakan konsekuensi logis ketika prestasi luar biasa telah terukir. Prestise seharusnya bukanlah sesuatu yang menjadi alasan dan membuat kita mau bergerak. Lihatlah apa yang didapatkan oleh manusia-manusia sekelas Abu Bakar Sidq, Khalid bin Walid, Muhammad Al-Fatih, Thariq bin Ziyad, sampai Hasan Al Banna. Mereka adalah manusia-manusia yang bergerak karena dorongan nuraninya, karena kecintaan dan kepatuhan pada Tuhannya, mengukir prestasi-prestasi yang sangat agung, sehingga prestise adalah suatu hal yang hadir dengan sendirinya, bukanlah hal yang mereka kejar.

Namun sebaliknya, mungkin banyak di antara yang sering terjebak pada kondisi dimana kita sering berpikir prestise terlebih dahulu, sering berpikir ketenaran atau keterkenalan di awal. Sehingga tak jarang fokus pada prestise itulah yang membuat kita tak pernah mengukir prestasi, ataupun kalau prestasi itu pernah hadir hanya akan menjadi prestasi di mata manusia saja, tidak di mata Allah. Bukankah kita sudah sama-sama tahu, betapa penting yang namanya niat, betapa sangat menentukan yang namanya niat, seperti yang diungkapkan dalam Hadits Arba’in yang pertama, “sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya…”. Jika prestise menjadi niat utama kita bergerak, maka akan sangat rugi lah kita, karena ia hanya akan menjadi fatamorgana saja, begitu “wah” di mata manusia tapi nol besar di mata Allah.

Kuingin ingatkan pada pribadi ini dan pada kawan-kawan semua, berhati-hatilah. Luruskan lagi niat di setiap gerak dan ibadah kita, di setiap tegak dan sujud kita. Buang jauh-jauh perasaan mau bergerak karena hanya mengejar sebuah prestise, tapi bergeraklah karena kita sama-sama ingin berprestasi di mata Allah. Semoga setiap helaan nafas kita menjadi bagian prestasi yang akan terukir indah dan akan menjadi penolong kita nanti di hadapan Allah.

Terakhir, sebuah pertanyaan renungan, sudah adakah prestasi yang kita ukir sampai detik ini yang bisa kita banggakan di hadapan Allah kelak??’
Wallahu’alam bisshawab

Thursday, January 27, 2011

Kita semakin sensitif terhadap agama

oleh ABDUL JALIL ALI
Sinar Harian 1/27/2011 7:20:48 AM
Di Johor, sikap calon wanita Pas enggan bersalaman dengan lelaki, dijadikan isu dalam kempen Pilihan Raya Kecil Dewan Undangan Negeri (DUN) Tenang. Di seberang Tambak Johor, Lee Kuan Yew menggesa umat Islam Singapura agar tidak terlalu berpegang kuat kepada ajaran Islam.

Di mana-mana pun isu berkaitan agama – Islam atau bukan Islam – selalu menarik minat umum. Sekiranya tidak ditangani dengan berhemah, perkara yang dianggap paling kecil pun boleh jadi panjang meleret sehingga mencetuskan kehangatan yang luar biasa. Seminggu dua ini ada keresahan, khasnya dalam kalangan kaum India di negara kita, sehingga memaksa kerajaan mengadakan banyak perbincangan, NGO menganjurkan perdebatan, para cendekiawan berdiskusi, dan pemimpin kaum India mendabik dada sebagai wira. Malah ada beberapa penunjuk perasaan ditangkap polis. Semuanya gara-gara perkataan ‘paria’ yang disebut hanya dua kali dalam Interlok, novel Sasterawan Negara, Datuk Abdullah Hussain yang menjadi buku teks sastera sekolah menengah.

Bagi sesetengah orang, ini isu remeh. Tetapi bagi penganut agama Hindu, perkataan yang disebut dalam novel itu adalah satu penghinaan besar. Samalah juga halnya dengan kenyataan Menteri Mentor yang juga bekas Perdana Menteri pulau republik itu, dalam buku terbarunya, ‘Lee Kuan Yew: Hard Truths to Keep Singapore Going’, yang segera mendapat reaksi hangat orang Islam kita. Perkasa menyifatkan Kuan Yew sebagai ‘mentor nyanyuk’ dan menganggap kenyataannya dalam buku tersebut adalah satu penghinaan terhadap Islam. “Kita akan mengajar Lee, dan akan bertindak dalam waktu terdekat ini,” kata Setiausaha Agungnya, Syed Hassan Syed Ali dalam satu kenyataan media. Bersalaman dengan bukan muhrim pun adalah isu agama.

Sebab itu tidak menghairankan apabila keengganan Normala Sudirman bersalaman dengan penyokongnya, dibangkitkan sebagai modal kempen oleh Presiden MCA, Datuk Seri Dr Chua Soi Lek pada pilihan raya kecil di Tenang. Menurut Chua, pendirian calon Pas itu dianggap menimbulkan kebimbangan sebagai pemimpin yang tidak mesra rakyat. Mungkin ketua MCA itu tidak memahami Islam. Sebab itu kenyataannya yang dibuat untuk membantu calon UMNO, Mohd Azahar Ibrahim, mungkin menjadi senjata makan tuan. Saya menyokong Timbalan Perdana Menteri, Tan Sri Muhyid­din Yassin yang menyarankan MCA supaya berhenti main isu salam calon Pas. Katanya, ada banyak lagi isu yang lebih mendesak yang boleh ditimbulkan dalam konteks pilihan raya kecil itu.

Tetapi di luar kempen DUN Tenang, ramai pihak masih tidak puas hati dengan Soi Lek. Mufti Perak, Tan Sri Harussani Zakaria mahu supaya orang nombor 1 MCA itu memohon maaf kepada umat Islam kerana mempertikaikan tertib bersalam wanita Islam. Katanya, apa yang dikatakan oleh Soi Lek adalah satu penghinaan terhadap Islam. Perkasa menyokong apa yang dikatakan oleh mufti tersebut. Menurut Syed Hassan, seperti yang dilaporkan media, isu itu sepatutnya tidak dibangkitkan langsung sebab sudah jelas orang Islam, baik lelaki mahu pun wanita, memang tidak boleh bersentuhan dengan pihak yang bukan muhrim.

Sehingga rencana ini ditulis tidak ada tanda-tanda Soi Lek akan meminta maaf. Harap-harap beliau, dan siapa sahaja yang sepemikiran dengan beliau kini, memahami sensitiviti orang Islam. Jangan cakap sembarangan, sebab orang Islam pun mudah sensitif, sama seperti orang Hindu dan penganut lain-lain agama. Akhir-akhir ini sensitiviti terhadap agama, termasuk Islam, mudah tercetus di tempat kita. Silap sikit sahaja bercakap mengenai agama, kita akan dianggap menghina. Baru-baru ini seorang bukan Islam @ seorang anggota MCA mengadu gema azan subuh dari sebuah masjid di Bangsar dikatakan mengganggu penduduk. Orang Islam menganggap itu sebagai satu penghinaan terhadap agama. Dia akhirnya meminta maaf setelah umat Islam di kawasan tersebut meng­adakan tunjuk perasaan.

Harap-harap selepas ini jangan ada lagi cakap-cakap yang meminta supaya azan di masjid dan surau diperlahankan. Sementara kita bersetuju dengan Harussani, Perkasa dan siapa sahaja yang menentang penghinaan terhadap Islam yang dilakukan oleh orang bukan Islam, kita juga sepatutnya menentang penghinaan terhadap Islam yang dilakukan oleh orang Islam sendiri. Barang kali Soi Lek boleh dimaafkan dalam isu amalan bersalam dalam Islam sebab beliau bukan orang Islam dan tidak tahu hukum-hakam agama. Sama juga halnya dengan isu melarang laungan azan di surau dan masjid yang dibangkitkan oleh orang bukan Islam yang tidak tahu hukum.

Betapa pula sekiranya orang Islam sendiri secara terang-terangan melakukan amalan-amalan yang ditentang oleh agama? Tidakkah juga mereka dianggap sebagai menghina agama? Kita marah dan cepat melenting apabila seorang wakil rak­yat wanita Cina masuk ke surau dengan hanya memakai kebaya dan tidak menutup kepala. Betapa pula halnya dengan sekian ramai wanita Islam, termasuk dalam kalangan orang terkenal, yang tidak menutup kepala? Ada sesetengah kita yang seolah-olah sengaja menolak kaedah kesopanan Islam dengan menggayakan pakaian yang mendedahkan aurat. Buka atas, buka bawah. Buka lengan, buka betis, tanpa sedikit pun rasa malu dan bersalah. Ini juga satu penghinaan terhadap agama.

ALAM ADALAH AYAT-AYAT ALLAH

LALAT


 
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun,  ….
Para ilmuwan telah menemukan bahwa susunan tubuh lalat itu sangat kompleks. Serangga ini menggunakan teknik yang canggih dalam kegiatan terbang dan hidupnya. Para ilmuwan sekarang mengakui bahwa mereka tidak dapat meniru lalat dalam masalah penerbangan meskipun teknologi canggih berkembang begitu pesat di Barat pada masa kini. Bisa dikatakan bahwa jumlah penelitian yang menarik pada lalat lebih dari sepuluh ribu penelitian.
 
Para ilmuwan mengatakan, "Kami masih belum tahu banyak tentang makhluk aneh ini”. Bahkan mereka sering mengadakan konferensi dan seminar dalam upaya untuk meniru makhluk yang lemah ini. Mereka mengakui bahwa mereka tidak kunjung memiliki kemampuan untuk membuat sel tunggal!! Di sinilah pentingnya firman Allah Ta`ala yang menantang orang-orang ateis:
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ * مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ) [الحج: 73-74].
“Hai manusia, sebuah perumpamaan telah dibuat, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha Perkasa”
 
Apakah kita telah mengenal Allah dengan sebenarnya padahal kita telah menyatakan beriman kepada-Nya?
--------------------
Oleh: Abduldaem Al-Kaheel
www.kaheel7.com/id

Wednesday, January 26, 2011

Gejala sosial kronik


Oleh Faizul Azlan Razak  BH 2011/01/26

623 anak tak sah taraf di Terengganu tahun lalu

KUALA TERENGGANU: Seramai 623 anak tidak sah taraf dilahirkan di negeri ini tahun lalu, dipercayai akibat pergaulan bebas terutama di kalangan wanita Islam.

Lebih mengejutkan, daripada jumlah itu kadar tertinggi dicatatkan pada Mei tahun lalu dengan 72 kelahiran, diikuti 60 kelahiran pada September.


Berdasarkan perkiraan kasar, pasangan terbabit dipercayai melakukan perbuatan terkutuk itu sembilan bulan sebelum kelahiran, iaitu sekitar akhir Ogos dan Disember atau lebih tepat lagi pada sambutan Kemerdekaan Negara dan Tahun Baru.

Pengarah Jabatan Pendaftaran Negara (JPN) Terengganu, Ghazali @ Suhaimi Muhammad, berkata jumlah kelahiran anak tidak sah taraf itu dicatatkan di sembilan pejabat JPN Terengganu membabitkan bayi pelbagai agama daripada pasangan tempatan dan bukan warga negara.

Katanya, pejabat JPN Kuala Terengganu mencatatkan jumlah anak tidak sah taraf tertinggi dengan 188 kelahiran diikuti Besut (102), Dungun (78), Setiu (68), Kemaman (63), Hulu Terengganu (43), Marang (30), Al-Muktafi Billah Shah (28) dan Kerteh (23).

“Melihatkan perangkaan ini, ia jelas sangat menggerunkan kerana menandakan gejala sosial semakin kronik. Lebih menyedihkan, majoriti bayi dilahirkan beragama Islam dan tidak diketahui siapa bapa sebenarnya.

“Senario ini juga secara tidak langsung membuatkan JPN menjadi beban kepada masalah sosial dan boleh menyebabkan berlaku masalah lain di kalangan masyarakat terutama membabitkan masa depan bayi terbabit.
“Jadi, kita meminta kerjasama Jabatan Agama Islam Negeri dan Jabatan Kebajikan Masyarakat untuk bersama membanteras pergaulan bebas bagi mengelak mereka terjerumus ke lembah maksiat dan melahirkan anak luar nikah,” katanya selepas Majlis Penganugerahan Taraf Kewarganegaraan Malaysia di pejabat JPN Terengganu, di sini, semalam.

Seramai lima orang menerima sijil warga negara mengikut Perkara 15A Perlembagaan Persekutuan dan lapan lagi mengikut Perkara 19(1)(a) Perlembagaan Persekutuan dengan lapan berasal dari Kemboja serta masing-masing satu dari Indonesia dan India.

Ghazali berkata, walaupun anak luar nikah mendapat keistimewaan sama rata dari segi kemudahan kesihatan dan pendidikan, namun bayi berkenaan berdepan risiko masa depan tidak menentu.

Effective Doa

Doa is a Weapon - Effective Time for Doa






Doa is a Weapon - Effective Time for Doa

Actually I am saddened to know many people do not know how to make a simple doa. They forgot to do:

1. The basics of starting and closing the niyat with Salawat.
2. The need to close doa with "Ameen"
3. etc
4. etc

The Prophet (peace be upon him) has said that the doa is our weapon. But we claim to be believing Muslims, yet we do not know how to do this.

When we do not know how to operate our own weapon, we will find alternatives from the non-Muslims which we think is ok.

At the personal level, even some Muslims are practising meditation from non-Muslim Yoga teachers. And some are learning the "frequencies aura internal energies" from the Eastern Religions to enhance their incomplete doa. And there are some will recite Quran together for purpose of healing with the other reciters reading other scriptures from other religions (Buddha, Hindu, Christian etc) as part of UNIVERSAL Worship ? MASHALLAH........

At the national level, what we do is buy weapons from non-Islamic superpowers and trying to fight the Islamic enemies, and pay much money for replacement weapons, upgrade weapons, and the too many ammunitions. In the end, wars are never-ending and we end-up buying from them, and they get richer !

Wake up and please learn to make full use of doa so that ALLAH will response to our prayers. Many times what happen to our doa, is that the doa is "hanging" because it is not complete. The same way happens if we send an application without completing the mandatory details, the application get KIV.

If the Prophet and the Sahabah and the Imam/Ulama can make doa in the proper way, why don't we do the same? Is it because we feel our amal is higher than them ?, or we are better than them ?! Shocked

Please stop dreaming, our life is too short for dreaming. Wake up and start learning make proper doa.
The Etiquette of Making Du`a

In His book ‘Du`a; The Shield of A Believer; Arrows of Light in The Darkness of Night’, Sheikh Salamah Abul-Kamal, a Muslim writer and Da`iyah, mentioned some manners pertaining to making Du`a:

“1-Praising Allah and sending peace to His Prophet, peace and blessings be upon him.
2-Admitting one’s sins and showing repentance.
3-During supplication, one should begin with himself.
4-Repeating one’s supplication three times.
5-Asking Allah with firm will and seriousness.
6-Using short rich expressions in supplication.
7-Observing humbleness and humility during supplication.
8-The voice of the suppliant should be neither so loud nor so low.
9-The suppliant should end his supplication with saying ‘Ameen’ meaning ‘O Allah! Accept my supplication!’
10-Gaining provision through lawful means.”

Based on the English translation of the book, published by Dar Al-Manarah, Egypt.

The Optimum Times for Making Du`a

There are many optimum times of Du`a mentioned by scholars. The late Imam Hasan Al-Banna, in his Tract of Munajaah, sheds light on some of them, as follows:

“1-Between Azan and Iqamah. It reported that the Prophet, peace and blessings be upon him, said: Du`a made between Azan and Iqamah is not rejected.” The Companions said: “What shall we say, O Messenger of Allah?” “Seek Allah’s grace in this world and in the afterlife”, replied the Prophet, peace and blessings be upon him.” (Reported by Abu-Dawud and At-Tirmizi)

2-In prostration. Abu Hurairah, may Allah be pleased with him, quotes the Prophet, peace and blessings be upon him, as saying: “The nearest a Muslim is to his Lord is while he is in prostration. So, make Du`a in it.” (Reported by Muslim, Abu Dawud and An-Nasa’i)

3-While on travel and while being subject to oppression. The Hadith of the Prophet, peace and blessings be upon him, reads: “Three kinds of Du`a are surely answered; the Du`a of an oppressed, the Du`a of a traveler and the Du`a of a parent against his son or daughter.” (Reported by Abu-Dawud and At-Tirmizi)

4-In the middle of the night. Also, Abu Hurairah, may Allah be pleased with him, quotes the Prophet, peace and blessings be upon him, as saying: “Almighty Allah manifests Himself at the first heaven, during the last third of night, and says: ‘Is there any suppliant so that I answer him? Is there anyone asking so that I fulfill his need? Is there any seeker of forgiveness so that I forgive his sins.’”

Based on Imam Al-Banna’s Tract of Munajaah, published by Dar Ash-Shihab, Egypt.

Almighty Allah knows best.


Mustajab Doa Ibu untuk Anaknya.


Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam telah berpesan kepada kita betapa mustajab doa seorang ibu untuk anaknya. Dalam Sahih Muslim, baginga kisah seorang lelaki, Juraij, yang begitu kuat beribadah kepada Allah. Hari-harinya diisi dengan solat sunat. Beliau mempunyai tempat khas untuk solat - pondok kecil yang agak tinggi tempatnya.

Pada suatu hari, ibunya datang menziarahinya. Sambil mendongakkan kepalanya, si ibu memanggil anaknya: "Juraij, saya ibumu, cakaplah denganku!"


Juraij khusyuk beribadah dan berkata dalam hatinya: "Ya Allah, saya utamakan solatku atau ibuku?"


Juraij memilih meneruskan ibadahnya. Ibunya letih berteriak dan akhirnya meninggalkan tempat Juraij.


Esoknya ibunya datang dan memanggilnya lagi tetapi Juraij tidak mengendahkan dan terus beribadah.


Ibunya pulang ke rumah dengan rasa hampa dan marah dalam hatinya. Semasa itulah wanita itu berdoa: "Ya Allah, Juraij itu adalah anakkku, aku mahu bercakap dengannya tapi dia menolak bercakap denganku. Ya Allah, jangan engkau matikan dia kecuali Engkau tunjukkan padanya akan pelacur."

Ada gembala kambing yang sentiasa menggembala kambingnya di sekita pondok Juraij. Gembala kambing itu terserempak dengan 'bunga desa' yang cantik. Mereka berasmara sehingga wanita itu hamil dan akhirnya melahirkan anak. Namun gembala itu menghilang.

Semasa ditanya orang kampung, anak siapakah itu, wanita ini sekadar menuding ke arah pondok Juraij. Orang-orang kampung beramai-ramai mendatangi Juraij dan memanggilnya dengan marah. Juraij keluar kehairanan. Mereka menuduhnya berzina sehingga wanita itu melahirkan bayinya. Juraij bertanya: "Di mana bayi itu"

Maka mereka membawa bayi itu menghadapnya. Juraij berkata: "Tinggalkan aku untuk solat dan berdoa."

Sesudah itu, Juraij menepuk perut bayi dan bertanya: "Wahai bayi, siapakah bapamu?"

Dengan izin Allah, bayi itu menjawab: "Bapaku ialah gembala kambing di kampung ini."

Penduduk kampung terkejut dan malu kerana merobohkan pondok Juraij dek tertipu oleh wanita itu. Mereka berjanji akan membangunkan pondoknya dengan emas dan perak, namun Juraij menlak dan meminta pondok seperti asalnya.

Rasulullah menyatakan kisah Juraij menunjukkan betapa kuat doa seorang ibu, apatah lagi yang disakiti anaknya.

Banyak iktibar daripada kisah Juraij.
  • Kewajiban anak memenuhi panggilan ibu lebih utama dibandingkan menyempurkan ibadah sunat. Dengan hadith ini, dihukumkan menurut fiqah bahawa memenuhi panggilan ibu adalah wajib berbanding meneruskan solat sunat.
  • Doa ibu sangat mustajab - sama ada maksud baik atau tidak. Oleh itu, ibu perlu berhati-hati dan usah ikut perasaan. 
  • Ibu harus sentiasa memantau dan mengambil tahu akan keadaan kehidupan anak-anaknya agar tidak terjadi salah faham antara kededuanya.
  • Ibu haru ssentiasa mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya, terlebih lagi pada waktu solat dinihari.
  • Ibu harus sentiasa menjaga mulutnya dan usah mudah tersinggung - maafkanlah dan nasihatkan serta sentiasa berdoa untuk anaknya.
  • Sebagai pengasuh, ibu perlu dilengkapi ilmu demi memupuk anak yang soleh. 
 Seorang alim besar, Syeikh Sya`roni Ahmadi Al-Qudsy berkata: "Doa ibu adalah seperti jelmaan malaikat, bahkan ibu adalah seperti jelmaan malaikat yang nampak. Ertinya, hati-hatilah dengan doa ibumu kerana doanya begitu cepat dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta`ala."

Para ibu sekalian, berdoalah sentiasa akan kebaikan anak-anak anda di dunia dan akhirat


Tuesday, January 25, 2011

Bagaimana orang politik mencari pengaruh

oleh ONG TEE KIAT
Sinar Harian 1/25/2011 7:12:41 AM
Orang politik memang biasa mencari pengaruh, biar apa cara sekali pun. Ada percaya kepada cara jujur, iaitu melalui kerja bersungguh-sungguh tetapi lebih ramai juga cenderung kepada jalan pintas yang kurang membebankan, sama ada dari segi kewangan mahupun guna tenaga.
Publisiti sememangnya mustahak bagi kerjaya seseorang ahli politik kerana ia faktor penentu yang akan mencorakkan persepsi rakyat terhadap tokoh berkenaan. Namun kebergantungan melampaui batas terhadap publisiti tanpa kerja yang ikhlas dan jujur hanya akan memperdayakan sesetengah rakyat buat jangka pendek sahaja.

Ini bererti sebarang jalan pintas bagi orang politik mencari pengaruh tidaklah akan berkekalan. Bagi mereka yang bijak mencari jalan pintas bagi mempopularkan diri, satu amalan lumrah yang tidak dapat diasingkan daripada mereka ialah amalan politik bermusim.

Mungkin sesetengah pihak menyamakan keadaan ini dengan sikap hangat-hangat tahi ayam seseorang. Namun pada hakikatnya, sifat yang dimaksudkan lebih merupakan sifat kurang tabah sehingga sesuatu minat atau tugasan tidak berkekalan. Walhal politik bermusim lazimnya diamalkan secara bermotif dan terancang. Umpamanya, menjelang pilihan raya umum atau kecil sering kelihatan wujudnya khidmat rakyat yang mendadak.

Ada kalanya pemberian peruntukan mengejutkan pun turut diumumkan. Permasalahan lapuk yang lama terbiar juga tiba-tiba mendapat keprihatinan pelbagai pihak. Sebenarnya segala-gala berita baik berupa ‘durian runtuh’ ini boleh menjadi kenyataan semata-mata kerana perhitungan politik untuk meraih sokongan rakyat. Ketika orang ramai rasa terharu atas keprihatinan orang politik yang dicurahkan terhadap mereka, perlulah tertanya-tanya pada fikiran mereka mengapa tidak permasalahan dan rintihan rakyat, khasnya yang lapuk, ditangani dari semasa ke semasa? Mana letaknya kejujuran mereka dalam usaha menyelesaikan masalah? Dalam hubungan ini, terdapat juga pemimpin politik yang gusar atas adanya pelbagai tuntutan rakyat setiap kali menjelangnya pilihan raya.

Memang tidak disangkal wujudnya seribu gelagat manusia, termasuk mereka yang suka mengambil kesempatan, tetapi kalaulah orang politik tidak mengamalkan politik bermusim dengan begitu terserlah, maka tidaklah perlu rakyat tunggu sekian lama untuk membangkitkan rintihan dan tuntutan mereka. Demikian juga, sekiranya keperluan rakyat dapat dilayani sepanjang masa dengan penuh kepekaan, maka tiadalah ruang bagi mana-mana pihak mengeksploitasi rintihan dan permasalahan. Ini adalah logik yang cukup mudah difahami tetapi malangnya orang politik yang kurang peka itu tidak semestinya memahami logik berkenaan. Biarpun janji-janji mendadak itu dapat dikotakan, namun hasilnya kurang dihargai rakyat kerana keikhlasan orang politik yang terlibat, sering dicurigai.

Dari segi keberkesanan kos pula, sebarang projek dilaksanakan secara mendadak semata-mata untuk menepati matlamat politik tertentu biasanya juga mengakibatkan perbelanjaan luar jangkaan kurang keberkesanan kosnya. Memandangkan wujud pelbagai kesan negatif akibat amalan politik bermusim itu, rakyat cukup terkeliru lagi terkilan atas berleluasanya amalan politik sebegini. Setiap kali kita kedengaran hebatnya cemuhan parti pembangkang terhadap parti pemerintah atas pengumuman peruntukan khasnya dalam kempen pilihan raya umum dan kecil. Namun, mereka tidak berani menuding jari kepada diri sendiri biarpun mereka sedar sesetengah tindak-tanduk mereka sebenarnya tidak lain daripada dua kali lima.

Berikutan tsunami politik dalam PRU 12 pada 2008, ramai pengundi rasa terkilan apabila satu demi satu janji Pakatan Rakyat ditaburkan dalam kempen pilihan raya tinggal impian semata-mata, kononnya kerana kekangan tertentu yang timbul akibat dasar Kerajaan Negeri (kerajaan BN) sebelumnya. Pada hemat saya, alasan ini mengelirukan. Realitinya, di negeri-negeri dikuasai PR sekarang, biarpun adanya kekangan dimaksudkan, kerajaan PR tetap boleh membatalkan sebarang keputusan atau dasar sedia ada untuk memudahkan pelaksanaan dasarnya.

Bagi pengundi yang bijak, janji-janji pelbagai tidak lagi diterima secara menyeluruh serta membuta-tuli. Rakyat berhak hendak tahu bagaimana dan bila janji-janji itu dapat dilaksanakan. Tidaklah wajar sekiranya pihak PR terus berdolak-dalik bahawa kegagalan mengotakan janji mereka adalah disebabkan kekangan dasar pemerintahan sebelumnya, ataupun kerana mereka masih belum lagi menerajui tampuk pemerintahan di Putrajaya. Natijahnya, rakyat tetap mengharapkan agar kedua-dua pihak BN dan PR terus peka terhadap rintihan dan tuntutan rakyat berbilang kaum setiap masa serta bersungguh-sungguh bertindak mengatasinya selaras dengan semangat 1Malaysia: “Rakyat Didahulukan, Pencapaian Diutamakan.” *

Penulis :Datuk Seri Ong Tee Keat merupakan mantan Menteri Pengangkutan. Beliau juga ialah Ahli Parlimen Pandan.

Monday, January 24, 2011

Scary: The Story of Barsisa

August 29, 2007

There were three brothers from Bani Israel who were called upon to go on Jihad. These three brothers had a sister who did not have any one else to be taken care other that by them. They did not know under whose care could they leave the young woman. Then they thought that the most reasonable place to leave her was with the Abid (worshipper) because he was the most trusted man in town. Barsisa, the Abid was a man who used to be in a monastery devoted to worship of ALLAH.

So they went to him and said, ” We are being enlisted to go on Jihad and we want to leave our sister with you. We trust no one in town but you.”

Barsisa replied “Audhu billah, get away from me.” This was an Abid who was not married and he did not want to deal with these problems.

The brothers said, “We have no where else to leave our sister but with you. We don’t trust anyone else.”

So Shaytan came to Barsisa and said, “If u don’t accept, she might be left with somebody who might not be trustworthy.You have to step-up and take this responsibility.”

So Barsisa told the brothers, “Leave her in the empty house.” (which was seperate from the monastery where he was staying). The brothers then left her there and went on Jihad.

After that, Barsisa the Abid used to leave food at his doorstep and the young woman had to come out of her house and walk all the way to take the food from his doorstep. Barsisa never used to leave from his monastery. Barsisa had never met her and they were not seeing each other. Days passed by like this.

One day, Shaytan came to Barsisa and said, “Somebody might see her when she is walking out. So rather than have her leave from her house. You need to carry it and leave at her doorstep.” So he started leaving the food at her doorstep. This happened for many days.
Again one day, Shaytan came to Barsisa and said, “You can’t just leave the food at her doorstep. Somebody might see her when she opens the door and she is very beautiful. You would have to take the food and leave it inside her room.” So Barsisa would go and knock on the door. She would open and he would walk inside and leave the food there. That continued for a while.

Then again one day Shaytan said, “You can’t leave this poor woman alone without giving her any company. Nobody is speaking to her. So she may be feeling very lonely and that might lead to haram. So why don’t you go and talk to her from behind the door.” Barsisa liked the idea and so for a while he would sit outside and just talk to her for HOURS. Slowly and slowly the relationship was building up and Shaytan was finding it easier to drag him to the next step.
Shaytan then came and said, “You can’t just sit there talking to her, people might see you. You need to go inside, just sit in another room without looking at her and talk to her.” So for sometime that is what he did. Slowly she started getting closer to him and everytime they got more and more close to the extent that eventually he comitted zina (fornication) with her.

So the Abid, the worshipper who devoted his life to service in the monastery comitted zina. Because of that, she became pregnant and delivered a boy.

Then Shaytan came to Barsisa and said,”Now when the brothers come back and find out that their sister has a child you are going to be in big trouble. The only way for you to put an end to this issue is to kill the baby.” Barsisa followed the advice of Shaytan and killed the child.

But it didn’t end there. Shaytan came to him and said, “Do you think that this woman will keep the secret after you kill her own child? The only way out is to kill her.” So Barsisa killed her and burried both mother and child in a certain location inside the house.
Later the brothers came back and inquired about their sister. Barsisa gave some reason and said, “She had passed away and this is where she is burried.” Saying that he pointed to a false grave.

Then Shaytan went to the brothers and made them see a dream. In that dream they were told that Barsisa killed their sister and the proof was that she was burried in a different location (i.e. under the rock inside the house).

When the brothers woke up they started talking to each other and found out that they all had seen the same dream. They thought that there must be some truth in it. So they went and uncovered the grave which Barsisa had pointed to and found it empty. Then they went inside the house and found the rock as mentioned in the dream. On digging underneath the rock they found their sister’s dead body along with that of the child.

So they went to Barsisa and forced him to disclose the secret of what happened. He went ahead and told them the whole story. The three brothers took Barsisa to the king’s court and he was given punishment of execution.

While Barsisa was being dragged to his execution spot, Shaytan came to him and said, “Listen Barsisa I am Shaytan and it was me who was in communication with you since this whole thing started and not your inner thoughts. Now I can get u out of this trouble if you want. I am the one who put you in this trouble in the first place and I can get u out of it.”

Barsisa asked, “What should I do?”
Shaytan said, “Do sujood to me and I will save you.”
Barsisa did sujood to Shaytan (i.e. committed shirk) and as soon as he did so, Shaytan ran away and Barsisa was executed.

(Taken from Imam Anwar Al-Awlaki’s lecture set “Hereafter”)  Yo guys, we need to be more careful with our gender interactions, insha’Allah.)


http://mustaqeem.wordpress.com/2007/08/29/scary-story-of-barsisa/

 

Sunday, January 23, 2011

Anak adalah anugerah Allah


Pagi Jumaat....

Pada setiap Jumaat, selepas selesai menunaikan solat Jumaat, seorang Imam dan anaknya yang berumur 7 tahun akan berjalan menyusuri jalan di kota itu dan menyebarkan risalah bertajuk "Jalan-jalan Syurga" dan beberapa karya Islamik yang lain.

Pada satu Jumaat yang indah, pada ketika Imam dan anaknya itu hendak keluar seperti biasa meghulurkan risalah-risalah Islam itu, hari itu menjadi amat dingin dan hujan mulai turun.Anak kecil itu mula membetulkan jubahnya yang masih kering dan panas dan seraya berkata "Ayah! Saya dah bersedia"

Ayahnya terkejut dan berkata "Bersedia untuk apa?".
"Ayah bukankah ini masanya kita akan keluar menyampaikan risalah Allah"

"Anakku! Bukankah sejuk keadaan di luar tu dan hujan juga agak lebat"

"Ayah bukankah masih ada manusia yang akan masuk neraka walaupun ketika hujan turun"

Ayahnya menambah "Ayah tidak bersedia hendak keluar dalam keadaan cuaca sebegini"

Dengan merintih anaknya merayu "Benarkan saya pergi ayah?"

Ayahnya berasa agak ragu-ragu namun menyerahkan risalah-risalah itu kepada anaknya "Pergilah nak dan berhati-hatilah. Allah bersama-sama kamu!"

"Terima kasih Ayah" Dengan wajah bersinar-sinar anaknya itu pergi meredah hujan dan susuk tubuh kecil itu hilang dalam kelebatan hujan itu.

Anak kecil itu pun menyerahkan risalah-risalah tersebut kepada sesiapa pun yang dijumpainya. Begitu juga dia akan mengetuk setiap rumah dan memberikan risalah itu kepada penghuninya.

Setelah dua jam, hanya tinggal satu saja risalah "Jalan-jalan Syurga" ada pada tangannya. DIa berasakan tanggungjawabnya tidak akan selesai jika masih ada risalah di tangannya. Dia berpusing-pusing ke sana dan ke mari mencari siapa yang akan diserahkan risalah terakhirnya itu namun gagal.

Akhirnya dia ternampak satu rumah yang agak terperosok di jalan itu dan mula mengatur langkah menghampiri rumah itu. Apabila sampai sahaja anak itu di rumah itu, lantas ditekannya loceng rumah itu sekali. Ditunggunya sebentar dan ditekan sekali lagi namun tiada jawapan. Diketuk pula pintu itu namun sekali lagi tiada jawapan. Ada sesuatu yang memegangnya daripada pergi, mungkin rumah inilah harapannya agar risalah ini diserahkan. Dia mengambil keputusan menekan loceng sekali lagi. Akhirnya pintu rumah itu dibuka.

Berdiri di depan pintu adalah seorang perempuan dalam lingkungan 50an. Mukanya suram dan sedih. "Nak, apa yang makcik boleh bantu?"   Wajahnya bersinar-sinar seolah-olah malaikat yang turun dari langit.
 

"Makcik, maaf saya mengganggu, saya hanya ingin menyatakan yang ALLAH amat sayangkan makcik dan sentiasa memelihara makcik. Saya datang ini hanya hendak menyerahkan risalah akhir ini dan makcik adalah orang yang paling bertuah". Dia senyum dan tunduk hormat sebelum melangkah pergi.

"Terima kasih nak dan Tuhan akan melindungi kamu" dalam nada yang lembut Minggu berikutnya sebelum waktu solat Jumaat bermula, seperti biasa Imam memberikan tazkirah nya. Sebelum selesai dia bertanya " Ada sesiapa nak menyatakan sesuatu"

Tiba-tiba sekujur tubuh bangun dengan perlahan dan berdiri. Dia adalah perempuan separuh umur itu. "Saya rasa tiada sesiapa dalam perhimpunan ini yang kenal saya. Saya tak pernah hadir ke majlis ini walaupun sekali. Untuk pengetahuan anda, sebelum Jumaat minggu lepas saya bukan seorang Muslim.


Suami saya meninggal beberapa tahun lepas dan meninggalkan saya keseorangan dalam dunia ini. Air mata mulai bergenang di kelopak matanya.

"Pada Jumaat minggu lepas saya mengambil keputusan untuk membunuh diri. Jadi saya ambil kerusi dan tali. Saya letakkan kerusi di atas tangga menghadap anak tangga menuruni. Saya ikat hujung tali di galang atas dan hujung satu lagi diketatkan di leher. Apabila tiba saat saya untuk terjun, tiba-tiba loceng rumah saya berbunyi. Saya tunggu sebentar, pada anggapan saya, siapa pun yang menekan itu akan pergi jika tidak dijawab. Kemudian ia berbunyi lagi. Kemudian saya mendengar ketukan dan loceng ditekan sekali lagi".

"Saya bertanya sekali lagi. Belum pernah pun ada orang yang tekan loceng ini setelah sekian lama. Lantas saya melonggarkan tali di leher dan terus pergi ke pintu"

"Seumur hidup saya belum pernah saya melihat anak yang comel itu. Senyumannya benar-benar ikhlas dan suaranya seperti malaikat". "Makcik, maaf saya mengganggu, saya hanya ingin menyatakan yang ALLAH amat sayangkan makcik dan sentiasa memelihara makcik" itulah kata-kata yang paling indah yang saya dengar".

"Saya melihatnya pergi kembali menyusuri hujan. Saya kemudian menutup pintu dan terus baca risalah itu setiap muka surat . Akhirnya kerusi dan tali yang hampir-hampir menyentap nyawa saya diletakkan semula ditempat asal mereka. Aku tak perlukan itu lagi".

"Lihatlah, sekarang saya sudah menjadi seorang yang bahagia, yang menjadi hamba kepada Tuhan yang satu ALLAH. Di belakang risalah terdapat alamat ini dan itulah sebabnya saya di sini hari ini. Jika tidak disebabkan malaikat kecil yang datang pada hari itu tentunya roh saya ini akan berada selama-lamanya di dalam neraka"

Tiada satu pun anak mata di masjid itu yang masih kering. Ramai pula yang berteriak dan bertakbir ALLAHUAKBAR!

Imam lantas turun dengan pantas dari mimbar lantas terus memeluk anaknya yang berada di kaki mimbar dan menangis sesungguh-sungguh hatinya.

Jumaat ini dikira Jumaat yang paling indah dalam hidupnya. Tiada anugerah yang amat besar dari apa yang dia ada pada hari ini. Iaitu anugerah yang sekarang berada di dalam pelukannya. Seorang anak yang seumpama malaikat.

Biarkanlah air mata itu menitis. Air mata itu anugerah ALLAH kepada makhlukNya yang penyayang.

 
Category:Books
Genre: Health, Mind & Body
Author:dr. Ade Hashman, Sp.An
“MENGAPA RASULULLAH TIDAK PERNAH SAKIT ?”

Dalam perspektif yurisprudensi hukum agama, persoalan pemeliharaan kesehatan diri merupakan fardu ain (kewajiban personal) bagi setiap pribadi, mengingat tubuh kita ini merupakan sebuah amanah yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan,  sedang penguasaan terhadap ilmu kedokteran terapan merupakan fardu kifayah. Tuhan telah melengkapi dan memfasilitasi fisik kita dengan karya yang sempurna. Berapakah harga seoonggok tubuh ? Dr. Harold J. Morovitz, pernah iseng-iseng menaksir harga fisik tubuh manusia beserta kelengkapan organ-organnya. Menurutnya bila seseorang berbobot 60 kg, maka nilai tubuhnya berkisar 6 juta U$ atau 60 milyard rupiah! Begitu mahalnya manusia sehingga Qur’an menegaskan bahwa harga satu orang manusia sama dengan seluruh kehidupan umat manusia (QS 5:32). Tertitip pada diri kita lebih dari 3 trilyun sel dalam setiap kg bagian tubuh atau lebih dari 100 trilyun sel dalam satu individu, dengan lebih dari 200 jenis sel-sel yang berbeda dan 3 milyard data genetis yang harus kita rawat dan pelihara.? Oleh karena itu, Islam tidak pernah mengabaikan apa yang menjadi kebutuhan fisik. Islam bukan ajaran eskapistik yang hanya memanjakan jiwa dan mengagungkan spiritualitas semata. Mengapa tubuh biologis haruss dirawat ? Seperti kata Soraya Susan Behbehani “tubuh harus dirawat karena ia adalah cetakan bagi kehidupan dan jiwa ada didalamnya; semacam kerang yang mengandung mutiara yang sedang tumbuh, tanpa kerang tidak akan ada mutiara”.
 

Kenikmatan dari Allah itu sangat berlimpah tidak terkira “Maka jika kamu mau menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya” (QS 16: 18) diantara nikmat yang sangat berharga dan tidak ternilai itu adalah kesehatan. Berapa harga mata ? indera pendengaran ? ginjal, jantung atau hati ? Maukah kita menukar mata kita dengan kekayaan dunia dan seisinya? Demikian besar-nya nikmat kesehatan ini, hingga dalam sebuah hadish, Nabi menggandengkan 2 nikmat yang sangat besar bagi manusia yaitu nikmat iman & kesehatan. “Sesungguhnya manusia tidak diberi yang lebih baik di dunia daripada keyakinan dan kesehatan, maka mohonlah keduanya kepada Allah SWT” (HR. Ahmad). Dalam hadish tersebut Rasulullah saw merangkaikan persyaratan mendasar untuk memperoleh kesejahteraan dunia dan bagi kehidupan akhirat. Iman adalah dasar untuk dapat selamat dalam menempuh hidup ini dan “terutama untuk kehidupan setelah mati” karena hanya iman-lah satu-satunya yang mengarahkan pandangan bahwa cita-cita kesuksesan hidup jangan sebatas pengalaman teresterial duniawi tapi juga harus menembus sekat-sekat alam fisis ketika kelak kita memasuki pengalaman transendental saat mati nanti. Sedang kesehatan adalah basic meraih kesejahteraan hidup di dunia ini, karena betapapun banyak nikmat yang dimiliki menjadi tidak bermakna bila seseorang jatuh sakit.
 

Sehat, merupakan variabel terpenting untuk bisa menikmati hidup ini. Semua kelezatan duniawi terasa hampa begitu kesehatan sirna. Kelezatan makanan menjadi hambar, kesejukan minuman hilang, tidur tidak akan nyenyak, perasaanpun ikut gelisah ketika kita sakit. Herophilus, dokter yang hidup di era 323 SM mengatakan “ketika tidak ada kesehatan, kearifan dengan sendirinya tidak tercapai, seni tidak akan muncul, kekuatan akan sirna, kekayaan menjadi tidak berguna dan kecerdasan tidak akan bisa dipraktekkan”. Sayangnya bagi sebagian orang kesehatan masih sering dipandang “sebelah mata”.. Kesehatan karena sudah menjadi situasi sehari-hari tidak terlihat nilainya, bagai matahari yang senantiasa berpijar setiap hari, seolah-olah sudah menjadi jamak lumrah sehingga tidak bermakna kehadirannya. Sebuah pepatah Arab mengatakan “kesehatan adalah mahkota diatas kepala orang yang sehat, tidak ada yang mampu melihatnya kecuali orang yang sakit”, maksudnya orang baru menyadari betapa berharganya kesehatan justru ketika ia jatuh sakit.
 

Kini banyak kiat dan cara yang ditawarkan perbagai pihak untuk mencapai kesehatan fisik dan kebugaraan yang prima bagai ajakan para calo mencari penumpang diterminal; mulai dengan pengelolaan nutrisi tertentu, suplementasi mutivitamin dan aneka mineral, olah fisik dan jiwa rutin seperti yoga, bermeditasi, hidup natural dan sebagainya. Tentu, silahkan saja memilih ! sebagian diantara tawaran-tawaran tersebut mungkin (possible) bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah namun tidak sedikit pula model-model tawaran untuk kebugaran fisik itu membingungkan kita karena bertentangan konsep satu dengan lainnya dan “mungkin” sebagian lain berasal memang dari oknum calo yang menyesatkan. Ditengah pelbagai tawaran itu, saya berpendapat dan “menawarkan” diantara pintu menuju kebugaran fisik dan pencapaian optimal kesehatan diri bisa di petik dengan meneladani Muhammad ib^n abdillah. Muhammad saw bergelar “Al-Amin” yakni “yang bisa dipercaya” karena lisan dan seluruh dimensi perbuatannya punya kredibilitas yang terjamin kebenarannya.
 

Sebagai dokter yang memiliki tanggung jawab kekhalifahan menyebarkan pesan-pesan agar menjalani hidup sehat, saya mengajak kita bersama menyelami kehidupan Nabi Muhammad saw yang mempesona itu. Seumur hidupnya Nabi hanya sakit 2 kali saja, meski ia memiliki tugas, amanat dan beban berat yang luar biasa. Buku ini akan mengisahkan aspek-aspek dari kehidupan Nabi yang memberi kontribusi terhadap kesehatan yang dikonfrontasikan dengan keterangan-keterangan saintifik kedokteran

sumber : http://adehashman.multiply.com/reviews/item/5

Saturday, January 22, 2011

HATI-HATI MEMILIH PEMIMPIN


Jangan Berteman dan Menjadikan Mereka Pemimpin

Rabu, 12/01/2011 10:04 WIB
oleh Mashadi

Allah Azza Wa Jalla telah memberikan perintah dan kewajiban yang harus dijalankan bagi setiap mukmin. Setiap mukmin harus ridho dengan segala perintahNya. Ini merupakan bukti dan pengakuan keimanan kepada-Nya. Bukan penolakan dan pembangkangan. Semuanya telah dibuktikan oleh para Rasul dan Anbiya’ (Nabi), yang telah menjalankan misinya di muka bumi ini. Apa misi yang diemban oleh para Rasul dan Anbiya’ itu?

Firman Allah dalam al-Qur’an :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu,' maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalan kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan rasul-rasul.” (QS. An-Nahl [16] : 36).

Ayat diatas menjelaskan misi yang dipikul oleh setiap utusan Allah Azza Wa Jalla, yaitu para Rasul dan Anbiya’, yaitu mengarahkan dan mengajak seluruh umat manusia di muka bumi, agar mereka hanya menyembah kepada Allah semata. Tidak menyembah selain Allah. Tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi di muka bumi, selain Allah, yang maha kekal, yang menciptakan langit dan bumi berserta isinya, serta yang menghidupkan dan mematikan, dan yang memberi rezeki.

Seperti dikatakan oleh Ibn Taimiyah, bila seseorang tidak menyembah kepada Allah, pasti manusia akan menyembah selain Allah.

Seorang mukmin tidak mungkin menyembah kepada Allah, tetapi juga menyembah selain Allah. Seorang mukmin tidak mungkin mencintai Allah, tetapi juga mencintai selain Allah. Tidak mungkin mukmin yang meminta pertolongan kepada Allah, tetapi juga meminta pertolongan kepada selain Allah. Tidak mungkin seorang mukmin yang menyakini, bahwa hidup dan matinya berada di tangan Allah, tetapi juga tidak memiliki rasa tawakal akan kehidupannya.

Tentu, bukti seorang mukmin yang imannya amiiq (dalam), tercermin pada sikapnya terhadap thagut. Seperti yang sudah pernah diperlihatkan oleh para Rasul dan Anbiya’. Allah Azza Wa Jalla di dalam Al-Qur’anul Karim, bahwa misi para Rasul dan Anbiya’, hanya dua, mengajak seluruh umat manusia di muka bumi untuk beribadah hanya kepada Allah semata, dan menjauhi thagut.

Relasi iman seorang mukmin harus dibutkikan dalam bentuk sikap al wala’ wa al bara’nya. Terhadap siapa memberikan wala’nya (loyalitasnya), dan terhadap siapa menunjukkan sikap baraknya (pernolakan/permusuhannya). Mukmin yang memiliki iman yang amiiq, pasti hanya akan memberikan wala’nya kepada Allah, Rasul, dan orang-orang mukmin. Tidak mungkin seorang mukmin memberikan wala’nya kepada musuh-musuh Allah, dan orang-orang yang telah terang-terangan memusuhi Allah, dan orang-orang mukmin. Tidak mungkin orang-orang mukmin memberikan wala’nya kepada orang-orang kafir yang terang-terangan memusuhi dan memerangani orang mukmin dan muslim.

Seorang mukmin yang haqqon (benar) tidak akan pernah selama-lamanya memberikan wala’nya kepada orang-orang yang memusuhi Allah, Rasul dan orang mukmin, serta mereka akan membecinya. Seorang mukmin tidak akan pernah ridha dengan orang-orang kafir, yang tidak mau tunduk dan patuh dengan hukum Allah.

Tidak mungkin seorang mukmin ridho dan tidak memiliki bara’ (memusuhi ) terhadap apa yang disebut dengan thagut, setan yang selalu menolak perintah Allah Azza Wa Jalla. Konsekwensi keimanan seorang mukmin otomatis akan di dalam dadanya yang selalu tertanam dengan sangat kuat, yang tidak akan pernah mau berhubungan dan berkoalisi dengan ‘thagut’, karena sama halnya dengan menyatakan perang terhadap Allah Azza Wa Jalla.

Fenomena hari ini begitu banyak orang-orang 'mukmin' memberikan wala'nya kepada orang kafir musyrik, dan tidak bersikap bara' terhadap mereka. Orang-orang 'mukmin' bisa berdampingan dan berjabat tangan dengan orang-orang kafir musyrik yang terang-terangan mengobarkan peperangan dan permusuhan terhadap orang-orang mukmin. Padahal, Allah Azza Wa Jalla, sejatinya telah melarang mereka, berteman, dan menjadikan mereka sebagai pemimpin.

Allah Rabbul Alamin berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka esungguhnya itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tiak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-Maidah [5] : 51).

Ayat diatas sebuah diktum yang diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla bagi orang-orang mukmin, yang merupakan ketentuan yang sifatnya pasti dan mutlak. Tidak ada keraguan lagi. Ayat ini harus menjadi ‘mabda’ (prinsip dasar), ketika menghadapi Yahudi-Nasrani.
Yahudi-Nasrani, satu ideologi, satu millah, keduanya bertujuan menghancurkan orang-orang mukmin. Koalisi Yahudi-Nasrani merupakan sumber segala bentuk kejahatan di muka bumi ini. Karena kesesatan mereka. Karena mereka tidak senang melihat orang-orang mukmin, yang selalu ridha dengan Rabbnya, dan beribadah kepada-Nya.

Yahudi-Nasrani , satu sama lainnya sebagai penolong, dan mereka bersatu padu menghadapi orang-orang mukmin. Mereka akan terus melakukan makar terhadap orang-orang mukmin, sampai hari kiamat.

Allah dengan tegas melarang orang-orang mukmin berwala’ (memberikan loyalitasnya) kepada Yahudi-Nasrani, yang merupakan musuh-musuh Allah, Rasul dan orang-orang mukmin. Kejahatan mereka sudah sangat jelas, membuat kehancuran di muka bumi, dan mereka tidak henti-hentinya memerangi orang-orang mukmin. Seperti yang sekarang terjadi di bumi Palestina, Iraq, Afghanistan, Chechnya, Sudan, Somalia, dan dibumi orang-orang mukmin lainnya.

Meminta pertolongan dan perlindungan kepada orang-orang kafir, Yahudi-Nasrani hanyalah akan menimbulkan musibah dan kebinasaan, seperti yang dialami para pemimin negeri-negeri muslim, yang sekarang menjadikan musuh-musuh Allah, Rasul, dan orang-orang mukmin, sebabagi penolong mereka. Karena itu, sekarang negeri-negeri muslim terjajah dan dikuasai, dan dihinakan hidupnya, karena mereka menyerahkan wala’nya kepada musuh-musuh Allah Rabbul Alamin, yaitu Yahudi-Nasrani
Allah Azza Wa Jalla menyerukan kepada orang–orang mukmin agar hanya meminta pertolongan kepada-Nya, dan orang beriman. Tidak kepada selain-Nya. Inilah jalan yang telah dberikan oleh Allah, para Rasul, dan Anbiya’. Kita harus mengikuti jalan-jalan yang haq itu. 

Allah Rabbul Alamin berfirman :
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
“Sesunguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, yang mendirikan shalat, dan menunaikan zakat seraya mereka tundauk (kepada Allah).” (QS. Al-Maidah [5] : 55)

Semoga perjalanan panjang dalam kehidupan ini, memberikan pelajaran berharga kepada orang-orang mukmin agar tidak menjadikan Yahudi-Nasrani serta musuh-musuh Allah sebagai pemimpin mereka. Wallahu’alam

Siapa peduli orang Islam minum arak

oleh ABDUL JALIL ALI
Sinar Harian 1/20/2011 8:48:12 AM
Kalaulah tidak disebabkan acah-acah politik, isu arak di negeri Selangor sebenarnya mudah dan ringkas.Sepatutnya tidak perlu pun dipanjangkan meleret-leret dalam media. 

Orang politik pun tidak payah berbalas pantun setiap hari.
Perkaranya mudah sahaja. Majlis Perbandaran Subang Jaya (MPSJ) mengeluarkan pekeliling, melarang umat Islam bekerja di premis menjual arak. Menurut Pegawai Perhubungan Awam MPSJ, Azfarizal Abd Rashid, seperti yang dipetik oleh sebuah portal berita, premis perniagaan yang gagal mematuhi peraturan tersebut boleh dikenakan kompaun atau ditarik balik lesen.

Arahan itu sepatutnya berkuat kuasa hari pertama tahun baru 2011. Tetapi, belum pun sempat dilaksanakan, peraturan itu telah dibantah oleh Ronnie Liu. Pengerusi Jawatankuasa Tetap Kerajaan Tempatan, Kajian dan Penyelidikan negeri itu mahu peraturan tersebut ditarik balik serta-merta.

Maka bermulalah acara berbalas pantun di media. Ketua Dewan Pemuda Pas Pusat, Nasrudin Hassan berkata, Exco DAP itu telah menyinggung perasaan dan sensitiviti orang Islam. “Sepatutnya, Ronnie perlu terlebih dahulu mendapatkan penjelasan daripada kerajaan dan pihak terlibat tanpa mengeluarkan arahan sendiri,” kata Nasrudin seperti yang dipetik media.

Menteri Besar Selangor, Tan Sri Khalid Ibrahim menyebelahi Exconya. Katanya, arahan tersebut bukan satu bentuk larangan sebaliknya hanya tatacara atau syarat baru yang dihantar MPSJ kepada premis hiburan ketika mahu memperbaharui lesen dan ia tidak mempunyai sebarang kuasa perundangan.

Pesuruhjaya Pas Selangor, Dr Hasan Ali yang juga Exco Hal Ehwal Islam, Adat Melayu, Infrastruktur dan Kemudahan Awam, tumpang sekaki dengan menyatakan tindakan MPSJ mengeluarkan larangan itu adalah wajar.

Mursyidul Am Pas, Datuk Nik Aziz Nik Mat, yang juga Menteri Besar Kelantan, tidak menyebelahi Ronnie. Katanya, seperti yang dipetik media: “Orang Islam sewajarnya tidak dibenarkan bekerja di premis-premis yang jelas menyediakan makanan atau minuman diharamkan oleh Allah SWT.”

Sementara itu pihak yang tidak suka kerajaan Pakatan Rakyat (PR) Selangor, tumpang semangkuk sambil menjadi batu api untuk menghangatkan suasana. Mereka mencanangkan ke seluruh negara bahawa isu arak ini sekali lagi membuktikan PR tidak sependapat, kucar kacir. Tentu sekali isu ini akan lebih hangat sehari dua lagi.
Apakah perlu berdebat dan bertonyeh-tonyeh yang membosankan ini hanya atas perkara yang sudah jelas lagi nyata? Arak, seperti yang ditegaskan dalam al-Quran, memang haram di sisi Islam. Orang Islam tidak boleh mengilang, mengedar, menjual, mempromosi, juga minum benda haram itu. Jadi dengan sendirinya orang Islam tidak boleh bekerja di tempat yang menjual benda haram itu.

Bagi sebuah negara yang sejak sekian lama mengangkat Islam sebagai agama rasmi, tidak ada apa pun yang luar biasa mengenai arahan MPSJ itu. Malah, itu sepatutnya telah dilaksanakan sejak lama dulu, bukan sahaja di kawasan di bawah seliaan MPSJ, malah di seluruh negara.

Kalau kita bertegas dengan undang-undang Islam, isu seperti ini tidak berbangkit langsung. Masalahnya ialah kita tidak tegas – mungkin tidak berani – dalam penguatkuasaan hukum-hukum al-Quran. Sebab itu kita membenarkan arak, atas alasan masyarakat majmuk dan menghormati orang bukan Islam yang ingin mengambil benda haram itu.

Mungkin dapat diterima bahawa arak boleh dijual kepada orang bukan Islam yang gemar meminumnya. Tetapi, semua orang tahu kita sekarang menyediakan arak bukan sahaja untuk penggemar di dalam negara, malah untuk dieksport. Kita mempunyai dua kilang arak terbesar yang produknya dihantar ke seluruh dunia. Apakah kita berani menutup dua kilang tersebut dan bersedia kehilangan hasil cukai darinya?

Sejak sekian lama orang kita terlibat dalam arak, termasuk menjadi agen menjual arak secara besar-besaran. Di Kuala Lumpur banyak pusat hiburan, juga restoran eksklusif milik Melayu menyediakan arak. Ada beribu-ribu orang kita bekerja di premis seperti ini, bersubahat dengan penjualan arak.

Malah, setiap hari kita boleh melihat orang Melayu minum arak – macam minum air tebu! – secara terbuka di tempat awam, tidak ada siapa peduli pun! Adalah seorang dua, termasuk Kartika, yang dihukum atas kesalahan minum arak secara terbuka. Tetapi beribu-ribu yang lain terus meneguk arak tanpa sebarang gangguan. Maklumlah, kita selalu tidak cukup pegawai penguat kuasa agama untuk menangkap orang minum arak. Itulah alasan kita! Lagi pun kita termasuk peminum arak terbesar dunia. Menurut Dr Siti Mariah Mahmud, Anggota Parlimen Pas, Kota Raja pada sidang Parlimen tidak lama dulu, walau pun kita hanya ada 27 juta penduduk, kedudukan kita dalam carta pengambilan arak adalah sepuluh tertinggi di dunia. Rakyat Malaysia dikatakan membelanjakan USD500 juta, atau lebih kurang RM1.75 bilion setahun untuk minum arak. 

Adakah sesiapa yang prihatin mengenai carta ini? Kalau tidak ada yang prihatin, apa yang hendak dihebohkan sangat mengenai arahan MPSJ itu?

Surat terbuka untuk PM


Assalamualaikum Dato’ Seri. Saya, Muhammad Muizzuddin bin Zaini. InsyaALLAH, Julai nanti genaplah umur saya 19 tahun. Masih berbaki lebih kurang 2 tahun, sebelum saya layak mengundi. Tetapi saya yakin, dalam ruang demokrasi, tidak pula mensyaratkan yang saya hendaklah berumur 21 tahun untuk melayakkan surat saya ini dibaca Dato’ Seri.

Dato’ Seri, saya ingin memperkenalkan diri sebagai remaja yang sangat ingin tahu. Keinginan saya ini, menjadikan saya remaja yang tidak hanya terpaku di meja belajar semata. Saya mampu menonton berita hingga ke penghujungnya (tidak di bahagian Sukan semata). Saya juga mampu membaca suratkhabar dari muka depan hingga ke muka akhir. ‘Singgah’ di laman-laman sesawang untuk melihat berita-berita yang tidak tersiar di media arus perdana. Saya juga remaja yang suka meladeni buku-buku yang tidak menjadi kegilaan kebanyakan remaja seusia saya kini.

Tidaklah pula saya katakan, yang saya lebih tahu daripada Dato’ Seri, tidak. Saya cuma mahu tegaskan, saya adalah remaja yang memerhati. Saya adalah remaja yang bukan kerjanya sehari-hari, makan, tidur, ‘menelan’ buku teks semata. Saya adalah remaja yang mengikuti rapat perkembangan-perkembangan semasa negara tercinta ini.

Izinkan saya Dato’ Seri, untuk memberi pandangan saya. Pandangan seorang budak, seorang remaja. Mungkin Dato’ Seri fikir, apalah ada pada seorang remaja seperti saya. Justeru, suka untuk saya ingatkan pada Dato’ Seri yang InsyaALLAH, kelak, kamilah yang akan membuang undi!

Dato’ Seri Najib yang saya hormati, memimpin sebuah negara bukanlah perkara yang mudah. Tidak pernah ia menjadi mudah, tidak boleh ia diambil mudah. Ia adalah persoalan besar dan penting.  Persoalan yang diletakkan tinggi di dalam Islam. “Kepimpinan adalah amanah, celaan di dunia, dan penyesalan di akhirat”, begitu sabda Nabi SAW.

DASAR


Saya, yang tohor ilmu dan cetek pengalaman ini, percaya bahawa, setiap tindakan kita adalah bergantung kepada prinsip yang kita letakkan sebagai neraca asas. Bagi sesetengah orang, mereka meletakkan Demokrasi sebagai neraca asas mereka. Ada yang meletakkan kepentingan peribadi, atau kroni, atau Sosialisme, Liberalisme dan sebagainya. Bagi kita, seorang Muslim, neraca asas yang menjadi dasar pertimbangan kita tentulah ISLAM. Izinkan saya bertanya, apakah Asas Utama kepada setiap tindakan Dato’ Seri?

Apakah Islam? Atau Kepentingan diri, atau kroni, atau selainnya?

Maaf Dato’ Seri, kiranya jawapan Dato’ Seri bahawa asas bagi setiap tindakan Dato’ Seri adalah Islam (saya tak pasti jika Dato’ Seri akan memilih jawapan selainnya), maka saya ada beberapa soalan untuk Dato’ Seri.

Saya amat keliru dengan dasar Program Transformasi Ekonomi yang dibawa Dato’ Seri. Apakah ianya dirangka dengan neraca Islam atau selainnya. Justeru, saya mohon penjelasan Dato’ Seri.

Saban hari, saya dan rakan-rakan, menerima berita dari segenap pelusuk negara, samada dekat dengan kami atau jauh, remaja seusia kami yang MENGHILANG! Iya, ‘hilang’ nyawa kerana penggunaan dadah berlebihan atau kerana perlumbaan haram. ‘Hilang’ maruah dan harga diri kerana amalan penzinaan lewat pergaulan bebas. ‘Hilang’ akal kerana ketagihan ekstasi, pil khayal dan arak. ‘Hilang’ kewarasan hingga tergamak membunuh bayi kecil atau ditinggalkan di jalanan untuk menjadi habuan anjing dan hurungan semut. ‘Hilang’ kemampuan untuk menjadi barisan pelapis kepimpinan negara. ‘Hilang’ arah hinggakan nafsu ‘disembah’ sebagai Tuhan! HILANG Dato’ Seri, HILANG!

Saya begitu terkesan pada pesan Saiyidina Ali KWJ, “Lihatlah pada generasi muda, untuk menilai masa depan ummatnya”. Saya tergamam dan jadi takut Dato’ Seri, melihatkan rakan-rakan sebaya yang hanyut. Apakah sebegini hancur dan punahnya masa depan negara tercinta ini!?

PELAN TRANSFORMASI EKONOMI


Program Transformasi Ekonomi anjuran kerajaan pimpinan Dato’ Seri, turut menggariskan perancangan untuk MENJADIKAN MALAYSIA SEBUAH HAB HIBURAN MALAM UNTUK MEMACU INDUSTRI PELANCONGAN. Di atas alasan untuk memperkasa industri pelancongan dan menarik pelancong juga, kerajaan pimpinan Dato’ Seri merancang penubuhan kelab-kelab malam terkemuka, menganjurkan konsert utama, melonggarkan garis panduan untuk penghibur antarabangsa dan mempakejkan semula acara antarabangsa seperti Formula 1 dan MotoGP.

Kerajaan Dato’ Seri juga mencadangkan penubuhan zon hiburan di Greater Kuala Lumpur/Lembah Klang, Genting Highlands, Pulau Pinang, Langkawi dan Kota Kinabalu bagi menggandakan pendapatan hiburan malam Malaysia kepada RM1.8 bilion menjelang 2020. Penubuhan enam kelab malam baru yang mampu menampung kehadiran 900 pengunjung pada hujung minggu menjelang awal 2012 akan menyusul. Dua lagi akan beroperasi pada 2013 dan 2014.

Maka, menjelang 2014, akan terdapat sekurang-kurang 10 kelab malam di zon hiburan. Rancangannya adalah untuk menghasilkan impak pendapatan kasar negara RM0.7 bilion dan mewujudkan lebih kurang 5,000 pekerjaan baru menjelang 2020. Bagi mencapai hasrat itu, kerajaan Dato’ Seri akan merubah beberapa peraturan hiburan, termasuk membenarkan pelanjutan had waktu beroperasi bagi pusat hiburan malam.

Dato’ Seri juga berhasrat melonggarkan lagi syarat-syarat untuk persembahan artis luar negara. Dan kami telahpun menyaksikan bagaimana, seorang penyanyi gay membuat persembahan, memuaskan nafsu remaja-remaja muda, dengan kebenaran daripada kerajaan Dato’ Seri.

Izinkan saya ulangi soalan saya Dato’ Seri, apakah Islam diletakkan sebagai neraca timbangan waktu Dato’ Seri merangka, membentang dan membahas idea ini? Ataupun Dato’ Seri punya pilihan lain yang Dato’ Seri lebih suka untuk diletakkan sebagai neraca timbangan?

Yang Amat Berhormat Dato’ Seri, apakah Dato’ Seri penuh sedar, bahawa perancangan Dato’ Seri ini adalah perancangan ‘PEMUSNAHAN’ besar-besaran? Ini bukanlah pelan pembangunan ekonomi, ini adalah pelan ‘PEMUSNAHAN’ berskala besar, yang akan menjadikan rakan-rakan seusia saya, remaja semuda saya atau lebih muda, hancur musnah Akhlaknya, punah-ranah Sahsiahnya.

Iya, Dato’ Seri akan ‘menghancur’ dan ‘membunuh’ pemimpin masa depan, para bijak pandai masa depan. Dengan Dato’ Seri melambakkan pada mereka, hiburan dan keseronokan melampau! Saya dan rakan-rakan, bakal dihidang dengan acara memuas nafsu yang berterusan. Ini akan menatijahkan hanya satu Dato’ Seri, hilang upayanya kami untuk menduduki barisan kepimpinan negara suatu masa nanti. Atau apakah pada pandangan Dato’ Seri, yang kami akan menjadi lebih bijak dan pandai kiranya ‘menelan’ hiburan-hiburan ini?

IFF dan AURAT


Dato’ Seri, seolah-olah saya pernah mendengar Saiyidina Umar al-Khattab menegaskan, “Bahawa adalah kita, ummat yang dimuliakan Allah dengan Islam. Sesiapa yang mencari kemulian selain daripada Allah, maka akan dihina Allah”. Terasa-rasa seperti terdengar SA Umar beritah demikian, kerana ia begitu meresap masuk di hati ini.

Dato’ Seri, saya begitu kecewa dan terkesima jadinya, waktu melihat Dato’ Seri dan isteri, melangkah megah di Festival Fesyen Islam, Monte Carlo tempoh hari. Saya tak dapat mengawal hati, untuk berteriak-teriak marah tatkala melihat gambar pakaian-pakaian yang diperaga atas nama “Kelembutan Islam” (Modesty of Islam), yang dinaungi oleh isteri Dato’ Seri dan pastinya dengan izin Dato’ Seri. Saya dan sahabat-sahabat terpinga-pinga dan tertanya-tanya, apakah ini pemahaman Dato’ Seri dan isteri mengenai pemakaian di dalam Islam?

Saya dan rakan-rakan jadi jelak dan muak Dato’ Seri, maaflah. Waktu Dato’ Seri ‘bertempik’ berikrar untuk mempertahankan Islam dan Melayu, isteri Dato’ Seri tidak pernah berusaha untuk menyahut seruan suaminya sendiri. Isteri Dato’ Seri tidak pernah kelihatan menutup aurat dengan sempurna. Isteri Dato’ Seri berpeluk mesra dengan orang yang haram bersentuhan (bukan mahram) tanpa segan silu di khalayak ramai. Saya tertanya-tanya, apakah Dato’ Seri meredhai perbuatan isteri Dato’ Seri ini?

JUDI


Bukan sedikit kontroversi yang berlaku waktu Dato’ Seri mengumumkan pemberian lesen kepada syarikat-syarikat tertentu untuk mengurus perjudian sukan di Malaysia pertengahan 2010 lalu. Sukar untuk saya agak, apakah harapan Dato’ Seri dengan pemberian lesen-lesen judi ini?

Apakah ini juga satu pelan meningkatkan ekonomi Malaysia? Apakah Dato’ Seri gembira dengan duit yang mencurah masuk, dalam masa yang sama kita melihat betapa hebatnya gejala buruk yang bakal timbul lewat perjudian?

Apakah Dato’ Seri meletakkan neraca BERKAT dan LA’NAT waktu mengemukakan cadangan ini? Apakah Dato’ Seri akan meredhai kiranya rakyat Malaysia memberi sesuap nasi kepada keluarga mereka, daripada wang yang mereka perolehi hasil judi? Apakah budaya yang cuba dibentuk Dato’ Seri sebenarnya?


Apakah keputusan-keputusan ini, ditimbang dengan neraca agama? Atau Dato’ Seri menggunakan neraca lain sebagai ganti?

KEMISKINAN dan HARGA NAIK


Dato’ Seri, orang bangsawan. Keturunan bangsawan. Barangkali, jika tidak jadi Perdana Menteri Malaysia pun, Dato’ Seri tetap akan hidup senang-lenang mewarisi kekayaan. Menteri-menteri Dato’ Seri juga, kaya raya.

Maka, tidak kiralah, jika hari ini minyak naik 10 sen, 20 sen, 50 sen atau Rm 10 sekalipun, Dato’ Seri dan sekalian menteri tidak akan bersusah. Tidak perlu berjerih payah.

Tahukah Dato’ Seri, di celah-celah, ceruk-ceruk kampung atau kota, ada rakyat yang menderita lewat kebejatan ekonomi yang punah hasil ketirisan dan kelemahan pengurusan. Pengurusan yang tidak meletakkan Islam sebagai neraca dan Allah sebagai penilainya, adalah pengurusan yang menghancur!

Dato’ Seri, saban hari saya melihat orang-orang miskin dan kesusahan. Tahukah Dato’ Seri, untuk menyekolahkan anak pun, sudah membuatkan mereka terpaksa membanting tulang, berusaha keras, apatah lagi untuk menghantar mereka ke menara gading (yang PTPTN lebih menghimpit daripada membantu). Kadang-kadang, apabila anak-anak yang bersekolah, meminta wang lebih untuk buku rujukan tambahan, si ibu atau bapa terpaksa menghulur dalam titis air mata. Sudahlah yuran persekolah masih dihutang. Bukan sedikit keringat yang dicurah, demi sesuap rezeki halal untuk anak-anak dan keluarga.

Kerajaan Dato’ Seri jangan terlalu bergantung kepada statistik dan kajian untuk menilai kemampuan rakyat. Selamilah sendiri penderitaan rakyat, yang terseksa dan merana kerana sistem ekonomi yang menyiksa. Setiap kali harga minyak atau keperluan utama naik, meski sekadar 10 sen atau 20 sen, mengalirlah air mata rakyat yang menanggungnya.

Rakyat benar-benar tersiksa sekarang. Janji tinggal janji, janji tidak pernah dipenuhi. Janji itu dan ini, sekadar untuk meraih undi. Waktu berkuasa, kami rakyat sudah dilupai. Tinggal kami, bermatian berusaha keras sendiri.

SUARA RAKYAT

Waktu rakyat turun ke jalanan berdemonstrasi, untuk meluahkan rasa yang terbuku di hati, dan berkongsi pedihnya kehidupan dengan Menteri-menteri yang berkuasa, Dato’ Seri menghantar pada kami, ‘perusuh-perusuh’ yang membantai tulang lemah dan daging kurus kami. Kami dibelasah dan diinjak-injak umpama binatang korban, umpama tak punya maruah. Kami diherdik dan dicaci. Kami disimbah dengan air kimia yang saya yakin, Dato’ Seri sendiri tidak pernah rasai pedih dan peritnya.


Dan menteri-menteri Dato’ Seri, tanpa rasa bersalah, menggelarkan kami sebagai perusuh yang cuba menggugat keselamatan negara, beruk-beruk di jalanan yang cuba menarik perhatian.. kalaulah mereka yang menuduh melulu itu, memahami pedihnya hati ini.

Semuanya adalah kerana, kami rakyat, cuba untuk berkongsi rasa dengan pimpinan negara. Sudahlah pilihanraya dijalankan dalam keadaan penuh keraguan dan ketidakadilan, ruang media yang disekat, tangan dan kaki kami rakyat diikat, maka ruang kecil untuk bersuara di jalanan inilah, ruang untuk kami menyampaikan rasa pada pemerintah dan pemimpin kami. Sekadar ruang kecil untuk kami bercerita dan berkongsi, betapa peritnya kehidupan yang kami rakyat lalui.

Pernahkah Dato’ Seri pedulikan suara kami? Pernahkan selain daripada tarikh pilihanraya Dato’ Seri menjadi begitu cakna pada kami? Pernahkah waktu pandangan rakyat yang tidak menguntungkan Dato’ Seri diambil peduli? Pernahkah Dato’ Seri?

Dato’ Seri bertindak sungguh responsif setiap kali adanya himpunan-himpunan rakyat.Melalui Kementerian Keselamatan Dalam Negeri, Dato’ Seri memastikan kami rakyat yang berhimpun tidak akan berjaya berhimpun dengan aman dan baik. Media dibawah kawalan Dato’ Seri juga menggunakan segala maklumat yang ada untuk memburuk-burukkan kami. Ulama’-ulama’ yang bernaung di bawah Dato’ Seri juga menggali hujah-hujah agama demi membuktikan tindakan kami bersuara, adalah bercanggah pada sisi agama.

Dato’ Seri, saya sungguh kecewa dengan setiap tindakan ini. Bukankah perhimpunan anjuran Dato’ Seri, pada setiap malam menunggu detik Kemerdekaan dan Awal Tahun Baru, ribuan malahan mungkin ratusan ribu rakyat termasuk golongan muda-mudi datang menyertai. Akhbar arus perdana jugalah yang melaporkan tangkapan demi tangkapan kerana berkhalwat, kerana dadah, kerana berkelakuan tidak sopan pada setiap kali sambutan-sambutan anjuran Dato’ Seri. Apakah pernah himpunan rakyat membantah ketidakadilan dan mahukan sedikit keadilan, pernah menjadi sebab untuk anak-anak muda ditangkap khalwat?

Dan pernahkah Ulama’-ulama’ muda yang bernaung di bawah Dato’ Seri itu menegur Dato’ Seri kerana program jamuan nafsu tersebut. Tetapi menegur himpunan rakyat yang bersuara, sebagai Bughah (derhaka) dan menuju Maksiat!?

REFORMASI


Saya dan juga rakan-rakan, adalah remaja muda yang punya sikap. Punya pendirian. Kami berazam, untuk mengubah keadaan ini Dato’ Seri. Kami berazam dan bertekad, seluruh diri kami akan diperguna untuk memperbaiki keadaan punah ini.

Kaedah merubah itu 2 Dato’ Seri. Pertama, nasihat agar berubah. Kedua, kira gagal, UBAH sendiri. Nasihat sudah saya berikan. Pandangan sudah saya sampaikan. Rakyat lain juga begitu, isyarat sudah mereka sampaikan.

Jika sampai masanya, untuk kami membuat pilihan, dan keadaan tidak lagi pulih, percayalah Dato’ Seri, kami sudah membuat pilihan sekarang untuk siapa yang layak menerima undi kami nanti.

Tidak cukup dengan itu, saya dan rakan-rakan, kami adalah remaja muda yang penuh tenaga dan kekuatan. Kami akan gerakkan massa suatu hari nanti. Agar pentadbiran, pengurusan, pemerintahan, kewangan dan sistem kehidupan yang meletakkan Islam, Keadilan, Kesejahteraan, Keamanan sebagai asas, akan mendapat tempat tertinggi di negara ini.


Dato’ Seri, saya tidak mengancam. Tidak pula mengugut. Saya mengingatkan. Kerana inilah tanggungjawab saya sebagai Mu’min. Bukankah sesama Mu’min itu bersaudara?


Dato’ Seri, mungkin surat ini akan sampai kepada pengetahuan Dato’ Seri, mungkin juga tidak. Kiranya ia sampai ke pengetahuan Dato’ Seri, saya dahulukan dengan permohonan maaf, kerana mungkin ada kesilapan saya. Maklumlah, saya remaja muda, mungkin ada silap dan salah pada gerak langkahnya. Saya juga berterima kasih, iyalah, orang sesibuk Dato’ Seri meluangkan masa untuk mengambil perhatian pada surat saya ini, itu adalah satu penghormatan buat remaja seperti saya.


Namun Dato’ Seri, kiranya ada pada surat ini, ataupun tindakan-tindakan remaja muda seperti kami ini yang mungkin lantang menyatakan pendirian, hingga mungkin Dato’ Seri terguris hati, kami tidak memohon maaf untuk itu. Kerana Dato’ Seri, INI MEMANG ADALAH PENCAK KAMI!


Sekian, terima kasih.


Yang benar,


Muhammad Muizzuddin Bin Zaini