Oleh: Moh Sofwan Abbas - 03/01/14 | 11:25 | 00 Rabbi al-Awwal 1435 H
dakwatuna.com – Manusia di dalam alam semesta
ini bagaikan anak kecil yang lemah tapi dicintai. Dia menyimpan sebuah kekuatan
yang besar di balik kelemahannya; dia menyimpan kemampuan yang luar biasa di
balik ketidak-mampuannya. Karena dengan kekuatan rasa lemahnya dan kemampuan
rasa ketidak-mampuannya, banyak sekali makhluk di bumi ini yang ditundukkan
untuk membantunya.
Maka jika
manusia menyadari kelemahannya, lalu memohon kekuatan kepada Allah SWT;
menyadari ketidak-mampuannya, lalu memohon kemampuan dan pertolongan kepada
Allah SWT, baik dengan ucapan ataupun perbuatan; dan dia juga mensyukuri semua
nikmat yang telah diberikan kepadanya, maka Allah SWT akan memudahkannya
mendapatkan apa yang diinginkan. Semua keperluannya akan diperoleh, bahkan akan
mendatanginya dengan sukarela.
Padahal
semua itu mustahil akan didapatkannya bila dia hanya mengandalkan kemampuan
dirinya sendiri yang sangat terbatas. Bahkan sepersepuluh tujuan itu pun tak
akan didapatkannya. Namun kadang manusia melakukan kesalahan, jika dia berhasil
mendapatkan sesuatu melalui doa perbuatannya, dia kadang mengalamatkan
kemampuan itu kepada dirinya sendiri.
Aku akan memberikan sebuah contoh. Kekuatan yang ada di
balik kelemahan anak ayam yang masih kecil membuat induknya berani melawan
singa untuk mempertahankan dan membelanya. Kekuatan yang berada di balik
kelemahan seekor anak singa telah menundukkan induknya yang buas untuk
mencarikan makanan. Sehingga kadang terjadi sesuatu yang ironis, induk singa
yang buas dan kuat itu bisa saja kelaparan, padahal di waktu yang sama, anaknya
yang masih lemah malah sedang kekenyangan. Oleh karena itu, harus diperhatikan
betul bahwa tenyata ada kekuatan yang sangat besar di balik sebuah kelemahan. Bahkan
harus kita akui bahwa rahmat Allah SWT akan selalu berada pada kelemahan itu.
Seorang anak kecil yang lembut dan disayang akan
mendapatkan kasih sayang dari orang lain akibat kelemahannya. Jika menangis,
dia akan mendapatkan apa yang diinginkan. Orang-orang yang perkasa, bahkan raja
sekalipun akan tunduk kepadanya. Jika yang didapatkan dengan kasih sayang itu
adalah seribu, maka dia tidak akan mendapatkan satu pun jika hanya mengandalkan
kekuatannya yang sangat kecil. Kelemahan dan ketidak-mampuannyalah ternyata
yang telah menggerakkan dan menimbulkan perasaan kasihan dan keinginan untuk
melindunginya. Bahkan jarinya yang sangat mungil akan dapat menundukkan
orang-orang dewasa, baik raja atau penguasa sekalipun.
Jika saja anak kecil itu mengingkari dan tidak mengakui
kasih sayang itu, lalu dengan bangga mengucapkan sebuah kebodohan, “Akulah yang
telah menundukkan orang-orang kuat itu dengan kekuatan dan kemampuanku
sendiri.” Maka tidak mengherankan jika dia malah akan mendapatkan caci maki dan
tamparan. Demikian juga manusia, jika tidak mengakui rahmat Penciptanya, dan
berkata seperti perkataan Qarun, “Sesungguhnmya semua ini kudapat karena
ilmuku” maka tidak diragukan lagi bahwa dia akan disiksa Allah SWT.
Oleh karena itu, kedudukan, kemajuan, dan cakrawala
peradaban yang dimiliki manusia tidaklah timbul karena kehebatan manusia. Semua
itu adalah pemberian dari Allah SWT karena kelemahannya. Itu adalah pertolongan
dari Allah SWT karena memang manusia tidak mampu. Itu adalah pemberian dari
Allah SWT karena memang manusia sangat fakir dan memerlukan.
Kekuasaan manusia juga bukan berasal dari kekuatan yang
dimilikinya, juga bukan dari ilmu yang didapatkannya. Kekuasaan itu melainkan
berasal dari rasa kasihan, iba, rahmat, dan hikmah Allah SWT yang menundukkan
semua hal itu untuk keperluan manusia.
Benar, manusia akan kalah dengan hewan seperti
kalajengking yang tidak bermata, atau ular yang tidak berkaki. Manusia yang
lemah seperti itu tidak akan mungkin dapat membuat sehelai kain sutera dari
seekor ulat yang kecil, atau mendapat setetes madu manis dari seekor serangga
beracun. Semua itu didapatkan berkat kelemahannya yang berasal dari penundukkan
Allah SWT atas segala sesuatu yang dikehendakiNya.
Wahai manusia, jika keadaannya demikian, maka hendaklah
kau jauhi perasaan egois dan berbangga dengan dirimu. Tunjukkanlah kelemahan dan
kemiskinanmu di depan gerbang ketuhananNya. Tunjukkanlah kelemahan itu dengan
cara meminta dan memohon. Tunjukkanlah kemiskinanmu itu dengan doa dan perasaan
hina. Katakanlah bahwa engkau benar-benar hamba Allah SWT yang sebenarnya. Katakanlah:
“Hasbunallahu Wanikmal Wakil.” Maka engkau akan segera menaiki tangga-tangga
kemuliaan dan ketinggian.
Janganlah engkau berkata, “Siapakah diriku. Aku bukan
siapa-siapa. Aku tidak mempunyai sebuah kelebihan yang membuat Allah SWT secara
sengaja menundukkan semesta alam untukku, kemudian memintaku untuk melakukan
syukur.” Karena engkau, jika yang dipandang adalah wujud dirimu dan bentukmu,
maka engkau tidaklah mempunyai nilai apa-apa.
Tapi jika dilihat dari tugasmu dalam kehidupan, engkau
adalah seorang saksi yang cerdas; seorang penonton yang pandai. Engkau bersaksi
atas alam semesta yang sangat luas ini. engkau adalah lisan yang pandai dalam
bercakap, mengungkapkan apa yang dimaksud alam semesta ini. Engkau adalah
pembaca yang cerdik dan teliti, yang mengungkap isi alam semesta ini. Engkau
adalah pemimpin yang turut memikirkan semua alam yang selalu melaksanakan
tasbih kepada Allah SWT. Engkaulah guru dan arsitek bijak pada ciptaan Allah
SWT yang semuanya selalu melaksanakan ibadah kepadaNya.
Benar, wahai manusia. Dari segi tubuh dan dirimu adalah
bagian yang sangat kecil dan hina; makhluk yang miskin; hewan yang lemah, yang
terombang-ambing di antara gelombang lautan besar makhluk-makhluk Allah SWT
yang sangat banyak dan beragam ini. Tetapi, dari segi engkau adalah manusia
yang diciptakan sempurna dengan tarbiyah Islamiyah, yang disinari cahaya
keimanan yang mengandung cinta Allah SWT, engkau adalah raja atas semua
hambaNya. Engkau sangat sempurna dalam kekuranganmu; engkau berpengetahuan luas
dalam kekecilanmu; engkau berkedudukan sangat mulia dengan kehinaanmu; engkau
pengawas yang berpandangan tajam atas semua yang berada di alam semesta yang
sangat luas ini.
Sehingga engkau dapat berkata, “Tuhanku yang Maha
Penyayang telah menjadikan bumi sebagai rumah dan tempat tinggalku; menjadikan
matahari dan bulan sebagai lentera dan penerangku; menjadikan musim semi
sebagai setangkai bunga yang harum semerbak; menjadikan musim panas sebagai
hidangan yang sangat lezat; menjadikan hewan-hewan sebagai pelayan; dan
terakhir menjadikan tumbuh-tumbuhan sebagai hiasan dan perangkat yang
menyejukkan pemandangan rumahku.”
Kesimpulannya, jika engkau menuruti perintah nafsu dan
setan, engkau akan jatuh kepada derajat yang paling rendah. Tapi jika engkau
turuti perintah Allah SWT dan Al-Qur’an, maka engkau akan dinaikkan kepada
derajat yang paling tinggi. Dengan itu, maka engkau adalah benar-benar makhluk
yang diciptakan Allah SWT dengan sebaik-baik bentuk. (msa/dakwatuna/disarikan
dari Rasailun Nur karya
Sa’id Nursi)
No comments:
Post a Comment