Oleh: Deddy Sussantho - 19/12/13 | 10:25 | 15 Safar 1435 H
“Demi matahari dan cahayanya di
pagi hari,” (QS. asy-Syams: 1)
Tatkala
Allah bersumpah atas nama makhluk-Nya, itu menandakan makhluk tersebut memiliki
posisi yang amat penting dalam kehidupan. Pun begitu dengan matahari. Terbayangkah apa yang terjadi pada kehidupan
ini bila tak ada matahari?
Maka, mari sejenak kita mentafakkuri (memikirkan) serta
mentadabburi (merenungi) perihal matahari. Bukankah Allah ciptakan ia juga
sebagai bahan pembelajaran bagi kita?
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memahami (nya),” (QS. an-Nahl: 12)
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan
yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran.” (QS. an-Nahl: 17)
Apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dari matahari?
Pertama, matahari tahu kapan harus terbit dan kapan harus
tenggelam. Proporsional. Tidak “show off” berlebihan. Ini mengajarkan kepada kita untuk
tahu diri, tidak serakah, tahu kapan harus bertindak di depan umum dan kapan
harus diam di balik layar, tidak mengambil jatah kesempatan orang lain untuk
berbuat.
Kedua, matahari punya kedisplinan yang tinggi. Ia tidak pernah
terlambat terbit dan tenggelam. Jadualnya telah tertata rapi, tetap terjaga.
Selain itu, ia beredar sesuai garis edarnya. Bisa dikatakan, matahari itu
disiplin waktu dan dispilin tempat.
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.” (QS. Yaasin: 40)
Dari sini kita bisa belajar kedispilinan dan menjaga
waktu yang kita miliki. Tidak terlambat dan tidak menunda dalam hal apapun.
Di sisi lain, kita pun perlu berusaha untuk tetap berada
di ‘garis edar’ kehidupan, yakni apa yang Allah firmankan dalam al-Qur’an dan
apa yang Rasulullah Saw ajarkan dalam as-Sunnah. Terbayangkah apa jadinya bila
tata surya ini keluar dari garis edarnya dan berevolusi seenaknya? Pasti
hancur! Ya, seperti itu pula yang terjadi bila manusia hidup seenaknya dan
keluar dari ‘garis edar’ yang telah Allah gariskan. Hancur!
Garis edar matahari juga mengajarkan kita untuk
proporsional dalam menjalani kehidupan, tidak berlebih-lebihan (ekstrem kanan)
dan tidak pula mudah menggampangkan atau menyepelekan (ekstrem kiri).
Pertengahan saja. Seperti matahari, ia tidak terlalu jauh tapi tidak pula
terlalu dekat dari bumi. Jaraknya tepat. Itulah yang membuatnya selalu
menghangatkan. Maka jadilah pribadi pertengahan, yang tidak possesive tapi juga
tidak teramat cuek.
Ketiga, kehadiran matahari itu memberikan manfaat yang
besar. Keberadaannya membantu proses fotosintesis dedaunan, memungkinkan
penguapan air pada siklus hujan, dan lain sebagainya. Seyogyanya begitu pula
seharusnya kita, berbeda antara ada dan tiadanya. Adanya menjadi sumber manfaat
bagi sekelilingnya, sehingga tatkala ia tidak ada, mereka merindukannya, seolah
ada sesuatu yang hilang.
Keempat, matahari memberikan sinarnya tidak pandang bulu.
Seluruh sisi bumi mendapatkan sentuhan hangatnya. Inilah makna keikhlasan.
Memberi tanpa memandang yang diberi. Maka semoga kita pun demikian, memberikan
kebermanfaatan secara luas.
Kelima,
untuk dapat bersinar, matahari memiliki kandungan gas yang sangat besar. Gas
tersebut terus terbakar hingga habis saat Kiamat tiba. Apa pelajarannya? Tentu
agar kita bisa memberi manfaat yang besar, ‘kandungan kapasitas’ kita pun harus
besar. Maka asahlah kemampuan kita. Perbanyak keilmuan dan wawasan kita. Dengan
begitu, kita menjadi lebih ‘tajam’ dan lebih berguna daripada mereka yang
‘tumpul’.
Allahu
a’lam…
Terakhir,
mari kita berdoa,
“Allahumma nawwir quluubana
binuuri hidayatika, kama nawwartal ardha binuuri syamsika abadan abada,
birohmatika yaa arhamar raahimiin.”
(Ya Allah,
pancarkanlah cahaya kepada hati kami dengan cahaya hidayahmu, sebagaimana
Engkau cahayai bumi dengan mataharimu selama-lamanya, dengan kasih sayang-Mu,
wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.)
NB:
Ditulis ketika matahari begitu ramah dan cerah.
No comments:
Post a Comment