Pada
suatu hari, tepatnya pukul tujuh pagi, saya datang ke ruang pemulihan,
tiba-tiba ada beberapa orang datang menghampiriku, mereka adalah anak dari salah
seorang pasien yang telah lanjut usia yang baru saja menjalani operasi jantung,
pasien tersebut mengalami pembekuan yang parah di otaknya sehingga ia
kehilangan kesadarannya sejak menjalani operasi tersebut, aktifitas jantungnya
sangat lemah sekali, dan kedua ginjalnya sudah tidak berfungsi.
Mereka mendatangiku seraya berkata, “Ayah kami sedang
menghadapi sakaratul maut, kami harap anda berkenan untuk mentalqininya membaca
dua kalimat syahadat.”
Saya pergi bersama mereka, saat itu tekanan jantungnya lemah
sekali yakni sekitar empat puluh, sedangkan detak jantungnya hanya sekitar tiga
puluh lima permenit.
Saya mendekatinya dan berkata kepadanya, “Ucapkanlah
Asyhadu alla ilaha illallah,’ sekonyong-konyong lidah dan tangan kanannya
bergerak, dan yang lebih mengejutkan lagi, adalah tiba-tiba tekanan darahnya
mencapai seratus tigapuluh per delapan puluh dan detak jantungnya mencapai
seratus dua puluh permenit.
Saya katakan kepada anak-anaknya, “Seluruh organ tubuh ayah kalian telah bereaksi dengan dua kalimat syahadat, ia bisa merasakan bacaan dua kalimat syahadat tersebut, saat ini ia sedang menghadapi sakaratul maut, kenapa kalian tidak membacakan Al-Qur’an untuknya sampai ruhnya keluar?”
Enam orang anak dari pasien tersebut saling bergantian membacakan Al-Qur’an selama empat hari tiga malam, hingga akhirnya pasien tersebut menghadap Tuhan-nya.
Selama itu tekanan darahnya bertahan sekitar seratus tiga
puluh dan detak jantungnya bertahan di atas seratus detakan permenit.
Saya bertanya kepada mereka mengenai sisi-sisi kehidupan ayahnya sewaktu masih hidup. Mereka mengatakan, “Ia termasuk ahli Al-Qur’an, seluruh ucapannya adalah Al-Qur’an dan dzikir, ia selalu menghatamkan Al-Qur’an dalam waktu tiga hari atau lima hari, paling lama ia menghatamkan Al-Qur’an dalam seminggu.”
Sewaktu hidupnya ia banyak menyebut asma Allah, hingga akhirnya Allah Ta’ala menutup usianya dengan husnul khatimah, ia telah menjadikan empat hari terakhir dari usianya untuk mendengar bacaan al Qur’an yang mulia, dzikirnya tidak pernah terputus. Alangkah indahnya husnul khatimah itu, saya yakin semua orang muslim pasti
mengharapkannya.
Akan tetapi pernahkah terbayang oleh anda jika saja ternyata penutup usia anda adalah mendengarkan musik dan nyanyian? Alangkah buruknya su’ul khatimah itu, yaitu mereka yang hatinya telah diracuni setan sehingga ia tidak bisa mendengarkan kecuali musik dan nyanyian, dan akhirnya itulah penutup usianya.
Pada suatu hari, tepatnya ba’da Subuh di bulan Ramadhan tahun 1418H. Saya keluar rumah untuk satu keperluan, daam perjalanan tersebut di jalan Al-Malik Fahd saya melihat satu mobil terbalik, saya segera turun dari mobil untuk memberikan bantuan, di sana saya temukan seorang pemuda yang telah tewas diiringi dengan suara penyanyi sedang mengalun.
Ia tewas dan usinya ditutup dengan iringan suara musik dan penyanyi yang haram, siapa yang ingin menutup usianya seperti ini?
Sumber: Buku “Kesaksian Seorang Dokter”, dr.Khalid bin Abdul Aziz al-Jubair, SpJP (dokter spesialis bedah dan jantung), Hal.55-57.
No comments:
Post a Comment