Step to Move On
Oleh: Agung Pujia Nugraha
dakwatuna.com -
Kita sepakat bahwa kehidupan tidak selalu diisi dengan sesuatu yang
indah. Terkadang beberapa kegagalan, kesedihan, ataupun peristiwa pahit
lainnya pasti pernah menghampiri kehidupan seorang manusia. Biasanya
kegagalan maupun kesedihan yang menyesakkan itu berkisar tentang cinta,
kematian, karir dan pengkhianatan (persahabatan). Peristiwa seperti itu
akan membekas dalam ingatan kita, mau atau tidak mau, karena kita punya
hati dan akal pikiran. Masalahnya adalah kebanyakan orang lebih suka
‘bermesraan’ dengan masa lalu seperti itu, baik disengaja ataupun tidak.
Mungkin
akan sulit atau bahkan mustahil jika kita menuntut diri kita untuk
melupakan masa lalu seperti itu. Kenapa mustahil? Pertama, karena hal
itu sudah terjadi dan tidak akan bisa dihapus. Sampai saat ini tidak ada
satu pun manusia yang bisa menghapus masa lalunya, walaupun hanya untuk
satu detik saja. Jadi kalau Anda berharap bahwa Anda bisa menghapus
masa lalu Anda tersebut maka itu sungguh tindakan yang bodoh. Kedua,
semakin Anda berusaha untuk melupakan, sejatinya Anda sedang bekerja
keras untuk mengingatnya. Kehidupan ini bergerak mengikuti hukum alam.
Salah satu hukum alam yang pasti berlaku adalah gaya dorong. Setiap
benda di alam ini pada dasarnya mempunyai sifat untuk mempertahankan
posisinya. Jadi ketika Anda mencoba mendorong sesuatu, maka sesuatu
tersebut sebenarnya sedang mendorong Anda juga. Pun demikian dengan masa
lalu. Semakin kuat dorongan Anda untuk menyingkirkannya dalam
kehidupan, pada kenyataannya ia juga akan mendorong Anda agar ia bisa
tetap eksis dalam kehidupan Anda.
Jadi kalau masa lalu itu tidak
bisa dihapus dan dilupakan, bagaimana kita bisa nyaman menjalani hidup?
Satu hal yang perlu kita sadari adalah kita telah berutang banyak pada
masa lalu. Kita berutang pada semua masa lalu, entah itu kenangan yang
membahagiakan, menyesakkan dada, mengharubirukan perasaan bahkan juga
pada kenangan yang sangat menyakitkan. Berkat masa lalu tersebut kita
masih bisa hidup sampai saat ini, kita bisa menjadi diri kita saat ini,
dan masa lalu itu juga membentuk sifat-sifat kita saat ini. Dia telah
memberikan kita sebuah identitas serta sifat, entah identitas yang kita
inginkan atau bukan, sifat yang kita harapkan atau tidak. Yang jelas
masa lalu telah memberikan kita jiwa. Karena manusia tanpa identitas dan
masa lalu, maka kita menganggap bahwa dia tidak pernah hidup
sebelumnya. Maka, hal pertama yang harus kita lakukan adalah berterimakasih pada masa lalu kita.
Tidak
pernah ada satu pun manusia yang tidak pernah mengalami kegagalan. Coba
Anda baca biografi tokoh-tokoh yang berpengaruh di dunia, pasti tak ada
satu pun tokoh yang hidupnya 100% selalu sukses. Bahkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam pun
pernah mengalami kegagalan ketika perang Uhud. Jadi sebenarnya
kegagalan itu adalah hal yang lumrah, biasa, dan lazim dalam kehidupan.
Jika mereka yang besar dan hebat saja masih mempunyai catatan kegagalan,
apalagi kita yang masih merangkak menuju kedewasaan. Yang membuat
perbedaan kita dengan orang-orang sukses tersebut adalah bahwa
tokoh-tokoh tersebut berusaha untuk berdamai dan merasa memiliki masa
lalu mereka. Mereka tidak sibuk untuk melawan masa lalu melainkan
senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan. Mereka bersahabat dengan
masa lalu mereka, karena mereka paham jika mereka tak bersahabat dengan
masa lalu sesungguhnya mereka akan menjadi musuh bagi masa lalunya.
Ketika mereka bersahabat dengan masa lalu tersebut, mereka tidak punya
waktu untuk mengutuknya, alih-alih mengutuknya mereka justru belajar dan
berinteraksi dengan kenangan-kenangan tadi agar bisa menjadi pribadi
yang lebih hebat di masa datang. Jadi, langkah kedua yang harus kita
lakukan adalah berdamai dan bersahabat dengan masa lalu kita.
Kegagalan
adalah cara Allah memberitahumu bagaimana melakukan sesuatu dengan
benar. Kebanyakan dari kita menghakimi masa lalu yang pahit sebagai
kutukan pada kehidupan kita. Padahal bukan itu yang diinginkan oleh Dia
Yang Maha Penyanyang. Dia Yang Maha Baik, tidak mungkin memberi
kegagalan pada makhlukNya dengan maksud agar makhlukNya tersebut
dibenamkan pada kehancuran. Namun banyak manusia menganggap bahwa
kegagalan mereka adalah sebuah rencana Allah untuk menjerumuskannya pada
kebinasaan. Maka banyak kita lihat manusia yang mengutuk kehidupannya
berakhir dengan tragis hanya karena persangkaan dirinya sendiri. Maka
cobalah untuk bersangka baik. Ya, bersangka baik pada masa lalu
adalah langkah ketiga untuk terus melaju dalam kehidupan yang indah
ini.
Bersangka baik pada masa lalu kita justru akan membuat kita lebih
siap menghadapi masa depan. Bahkan lebih dari itu, dengan bersangka baik
sesungguhnya kita akan membuka pintu-pintu hikmah yang tak bisa
terlihat oleh mereka yang meratap dan bersu’udzhon pada hidupnya. Umar
Ibnu Khattab radhiyallah ‘anhu tidak akan pernah menemukan
dirinya berada pada 10 orang yang dijamin masuk surga jika beliau terus
menerus menyalahkan masa lalunya yang kelam. Thomas Alfa Edisson tak
akan pernah menemukan bola lampu jika dia selalu mengutuk
kegagalan-kegagalan yang dialaminya. Albert Einstein tak akan pernah
bisa semasyhur saat ini jika dia bersangka buruk pada kehidupan masa
kecilnya. Begitu pun kita, jika tak pernah memiliki perasaan yang baik
pada apa yang telah kita lalui, maka selamanya kita akan terkekang dalam
keburukan masa lalu kita.
Setelah kita berterimakasih pada masa
lalu kita, berdamai dan bersahabat dengannya, lalu bersangka baik
padanya, maka hal terakhir yang harus dan sungguh harus kita lakukan
adalah melanjutkan hidup kita dengan sebaik-baiknya. Meminjam istilah anak muda saat ini, maka kita harus move on,
beralih pada fokus hidup kita yang lain. Terlalu lama berinteraksi
dengan masa lalu kita hanya akan menimbulkan penyesalan yang mendalam
tanpa menghasilkan apapun. Mengingat keindahan masa lalu itu baik jika
hanya untuk menumbuhkan motivasi. Namun yang lebih penting dari itu
adalah menyiapkan diri untuk menghadapi masa depan.
Untuk menyiapkan masa depan maka Anda butuh mind set
atau pola pikir. Lalu untuk menyiapkan pola pikir tersebut, Anda butuh
masa lalu Anda sebagai informasi. Cukuplah masa lalu Anda dihadirkan
sebagai informan, bukan sebagai tujuan. Setelah Anda menetapkan pola
pikir yang Anda butuhkan, maka Anda siap untuk memulai hidup Anda yang
baru.
Meminjam salah satu kata bijak yang saya temukan di dunia
maya, saya berharap kita bisa memanfaatkan masa lalu kita untuk
kehidupan yang lebih baik. Karena sejatinya, memang masa lalu diciptakan
untuk menyokong masa depan kita, bukan untuk meruntuhkan impian kita.
Selamat move on. Semoga kita semua selalu dimudahkan dalam kebaikan.
“Kegagalan
adalah peluang untuk hal yang lebih baik. Kegagalan adalah batu
loncatan untuk pengalaman yang berharga. Suatu hari nanti Anda akan
bersyukur untuk beberapa kegagalan yang Anda alami. Percayalah, ketika
satu pintu tertutup untuk Anda, sebenarnya pintu yang lain selalu
terbuka”
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/08/22290/step-to-move-on/#ixzz22wFpnfdU
No comments:
Post a Comment