Muhasabah Akhir Tahun
Oleh: H. Imam Nur Suharno, MPdI. -
dakwatuna.com - “Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Alhasyr [59]: 18).
Setiap
Mukmin dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas amalnya. Untuk
peningkatan kualitas amal, muhasabah (evaluasi) sangat diperlukan. Tanpa
muhasabah tidak akan ada peningkatan kualitas amal. Karena itu,
muhasabah menjadi karakter utama pribadi Mukmin, sebagaimana ditegaskan
dalam ayat di atas.
Umar bin Khattab, seorang sahabat yang dikenal
sebagai Amirul Mukminin pernah mengingatkan umat Islam dengan
perkataannya yang sangat populer, “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu.” Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.
Muhasibi,
seorang sufi dan ulama besar yang menguasai beberapa bidang ilmu,
seperti hadits dan fiqih. Nama lengkapnya Abu Abdillah al-Haris bin Asad
al-Basri al-Bagdadi al-Muhasibi. Ketika ia ditanya tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan soal muhasabah. “Dengan apa jiwa itu dihisab?” Ia
menjawab, “Jiwa itu dihisab dengan akal.” Ia ditanya lagi, “Dari mana
datangnya hisab itu?” Ia menjawab, “Hisab itu datang dari adanya rasa
takut akan kekurangan, hal-hal yang merugikan, dan adanya keinginan
untuk menambah keuntungan.”
Muhasabah dalam pandangan Muhasibi, mewariskan nilai tambah dalam berpikir (basirah),
kecerdikan, dan mendidik untuk mengambil keputusan yang lebih cepat,
memperluas pengetahuan, dan semua itu didasarkan atas kemampuan hati
untuk mengontrolnya.
Ketika ditanya, “Dari mana sumber
keterlambatan akal dan hati untuk menghisab diri?” Ia menjawab,
“Keterlambatan itu disebabkan oleh karena hati. Dalam keadaan demikian
hati sangat didominasi oleh kekuatan hawa nafsu dan syahwat yang
kemudian menguasai akal, ilmu, dan argumen.”
Ketika ditanya, “Dari
mana kebenaran datang?” Ia menjawab, ”Kebenaran itu datang karena
pengetahuan kita bahwa Allah SWT Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Pengetahuan itu merupakan dasar bagi kebenaran dan kebenaran merupakan
dasar segala perbuatan baik. Karena kemampuan dan kekuatan kebenaran
itulah, seorang hamba dapat meningkatkan segala perbuatan baik dan
kebajikannya.”
Muhasabah merupakan kesadaran akal untuk menjaga
diri dari pengkhianatan nafsu melalui proses pencarian kelebihan dan
kekurangan diri. Karena itu, muhasabah menjadi lampu di hati setiap
orang yang melaksanakannya.
Karena itu, momentum pergantian tahun baru Masehi mestinya dijadikan sebagai sarana untuk muhasabatun nafsi (evaluasi diri) atas berbagai amal yang telah dilakukan, agar kehidupan lebih baik dan bermakna di hadapan Allah SWT. Wallahu a’lam
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/12/25378/muhasabah-akhir-tahun/#ixzz2FeWqUVMj
No comments:
Post a Comment