Amanah dan Profesional
dakwatuna.com - Salah satu perang besar dan paling bersejarah di zaman Nabi Muhammad SAW adalah perang Uhud. Pada perang Uhud, Nabi Muhammad SAW menurunkan 700 anggota pasukan, sedangkan kaum musyrikin menurunkan 3000 orang pasukan. Dari segi jumlah pasukan, peperangan itu memang tak seimbang. Kaum muslimin terbatas jumlahnya.
Namun sebagai antisipasi, Nabi menempatkan 50 pemanah di atas bukit Uhud. Mereka bertugas melindungi pasukan kaum muslimin dari jarak jauh, sekaligus menahan serangan dari arah belakang (pintu masuk) medan pertempuran. Nabi lalu menunjuk Abdullah bin Zubair sebagai komandan pasukan berpanah ini.
Beliau juga berpesan, apapun yang terjadi pasukan berpanah tidak boleh meninggalkan lokasi tersebut, kecuali jika mendapat aba-aba dari Nabi.
Singkat cerita, kedua pasukan berada di medan laga. Kaum musyrikin Quraisy pun bersiap untuk menyerang. Mereka datang dengan kekuatan 3.000 personil, seratus orang di antaranya adalah pasukan berkuda.
Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid yang ketika itu belum masuk Islam. Sedangkan di sebelah kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahl yang juga belum masuk Islam pada saat itu.
Namun karena kaum muslimin berperang dengan alasan jihad dan strategi perang yang telah disusun oleh Nabi, kemenangan pada awalnya menjadi milik kaum muslimin. Perlahan tapi pasti pasukan musyrikin mulai kewalahan. Akhirnya mereka melarikan diri meninggalkan gelanggang pertempuran, termasuk meninggalkan harta dan barang-barang berharga milik mereka.
Melihat kejadian ini, pasukan berpanah dari pihak kaum muslimin di atas bukit Uhud, lupa dengan tugas yang diamanahkan Rasulullah. Lalu mereka berebutan turun bukit meninggalkan markas mereka. Mereka tergoda oleh harta yang ditinggalkan kaum musyrikin yang tunggang langgang melarikan diri.
Mereka berebut ingin mendapatkan harta rampasan perang yang ditinggalkan kaum musyrikin. Komandan pasukan berpanah Abdullah bin Zubair berusaha mengingatkan mereka: “Apakah kamu lupa pesan Rasulullah?” ujarnya.
Namun perintah Abdullah bin Zubair tak mereka hiraukan. Mata mereka telah silau oleh godaan harta.
Kaum musyrikin melihat peluang ini, bergerak cepat dan mengambil posisi yang ditinggalkan pasukan berpanah kaum muslimin. Kondisi semula menjadi terbalik, kaum musyrikin berhasil mengepung barisan kaum muslimin.
Beberapa sahabat nabi yang masih bertahan di bukit Uhud berusaha bertahan dan melawan. Namun karena jumlah mereka hanya beberapa orang saja, perlawanan mereka bisa dipatahkan, mereka pun gugur satu per satu.
Para sahabat dan pasukan kaum muslimin kocar-kacir. Kaum musyrikin terus merangsek maju mendekati posisi Rasulullah. Mereka berhasil memecahkan helm besi milik Nabi dan melukai kepala beliau.
Bahkan beberapa kali beliau terperosok ke dalam lubang yang digali oleh Abu Amir Fasiq dan melempari beliau dengan batu-batuan. Nabi mengalami luka-luka dan cedera yang cukup parah, gigi seri Nabi juga patah dalam peristiwa itu, hampir saja beliau wafat di sana.
Peristiwa ini merupakan sebuah pelajaran dan pengalaman yang sangat pahit bagi umat Islam. Kata kunci dalam peristiwa itu adalah tidak amanah dan tidak profesional. Pasukan berpanah tidak amanah, karena mereka melalaikan amanah diberikan nabi untuk tidak meninggalkan posisinya.
Mereka juga tidak profesional karena tidak bekerja secara baik sesuai dan mudah terpengaruh godaan. Godaan dalam peristiwa ini adalah harta.
Dalam Al Quran dikatakan, Allah sengaja menguji umat Islam dalam peristiwa itu. Seperti firman Allah dalam Surat Ali Amran: 152, Allah menguji manusia dengan hal-hal yang disukainya dan mereka berpaling dari Rasul-Nya saat diuji.
Dalam ayat itu, Allah menegaskan, sebagian manusia memikirkan kehidupan di akhirat kelak, namun sebagian manusia lainnya, hanya memikirkan dunia.
Kesukaan yang kuat menggoda manusia itu di antaranya harta, belakangan ditambah lagi dengan wanita dan tahta. Masalah klasik itu sama sejak ribuan tahun lalu hingga sekarang. Karena penyebabnya sama, seharusnya dengan mudah kita bisa mengatasinya.
Harta, jabatan dan wanita (istri) adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, jaga dan jalankan dengan baik sehingga semua itu menjadi nikmat dan rahmat, bukan sebuah laknat yang akan menyengsarakan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Namun godaan selalu dengan mudah memperdaya manusia yang lemah imannya.
Tak peduli apapun jabatan atau pekerjaan seseorang, berlakulah amanah dan profesional. Jika ia seorang pejabat, berlakulah amanah dan profesional sebagai seorang pejabat, agar sukses dalam melaksanakan pekerjaan dan bermanfaat bagi umat.
Jika hal itu dilakukan, insya Allah ia akan diberikan amanah yang lebih besar lagi, tidak perlu kasak-kusuk dan melakukan cara-cara yang tidak benar.
Begitu juga jika ia sopir, jalankan pekerjaan itu secara profesional dan amanah. Bisa kita bayangkan jika seorang sopir bis umum misalnya, jika tidak menjalankan amanah dan profesional. Ia mabuk dan ugal-ugal membawa bis atau mengantuk di jalan yang padat lalu lintas, tentu nyawa dan kerugian harta benda yang menjadi taruhannya akibat kecelakaan yang berpeluang besar terjadi.
Nabi juga berpesan agar suatu pekerjaan atau jabatan diberikan kepada ahlinya. “Berikanlah suatu pekerjaan kepada ahlinya, bila suatu pekerjaan diberikan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” (HR Bukhari dan Muslim). Maksudnya berikan jabatan atau pekerjaan itu kepada orang yang bersikap amanah dan mampu bekerja secara profesional.
Banyak contoh yang telah terjadi, akibat lalai, kesalahan kecil yang dianggap sepele dapat menimbulkan dampak yang besar bahkan dahsyat.
Sopir yang mengantuk akibat malam sebelumnya begadang menonton pertandingan sepakbola misalnya, bisa menimbulkan kecelakaan beruntun yang menyebabkan kehilangan puluhan nyawa. Atau bisa juga menimbulkan masalah nasional, keguncangan sebuah negara, jika ia seorang sopir presiden.
Atau kesalahan staf mendisposisi surat misalnya, bisa berdampak dicopotnya seorang pejabat dan lalu merebak menjadi isu regional dan berkembang lagi menjadi isu nasional! Penyebabnya hanya masalah sepele, lalai dan tidak profesional.
Di lingkungan Pemprov Sumbar saya sudah berkali-kali mengingatkan agar kepala SKPD (satuan kerja perangkat daerah) berhati-hati dan tidak melakukan kesalahan, sekecil apapun. Peringatan itu dilanjutkan lagi dengan surat edaran.
Berikutnya saya mengumumkan akan memberikan sangsi kepala SKPD yang melakukan maksimal 10 kali kesalahan kecil (terutama dalam administrasi surat-menyurat). Tentu saja tak ada ampun bagi yang melakukan besar dan fatal, sangsi menjadi keputusan tetap setelah diproses melalui Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Pangkat).
Alhamdulillah hal ini telah menimbulkan dampak yang positif, kepala SKPD menjadi ekstra hati-hati dan berupaya bekerja lebih profesional.
Semoga proses itu terus berjalan dan dipatuhi, jajaran Pemerintah Provinsi Sumatra Barat bisa menjalankan amanah dan bekerja secara profesional, mampu meniadakan kesalahan dan kelalaian sekecil apapun serta mampu memberikan pelayan yang maksimal untuk kejayaan dan kemajuan Sumatra Barat di masa depan. Aamin
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/04/30218/amanah-dan-profesional/#ixzz2PIUia4uw
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
No comments:
Post a Comment