http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/rahasia-kemenangan.htm
oleh Hasan al-Banna
وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٤٦﴾
"Jangan bertengkar, supaya jangan kamu gentar, dan kekuatanmu hilang. Bersabarlah. Sungguh, Allah Azza Wa Jalla bersama orang yang sabar." (QS. al-Anfal [8] : 46)
Saya percara bahwa generasi Salaf yang shaleh dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana di dalam kitab-Nya:
"Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala di akhirat. Dan Allah cinta orang yang berbuat kebaikan."
Sebabnya, lantara dua hal yang sangat azas (pokok). Yaitu, pertama, kokohnya keimanan mereka kepada Allah dengan segela konsekuensinya. Selalu mengharapkan pertolongan Allah, dan selalu merasa memperoleh kekuatan dari-Nya, karena keimanan tadi.
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٨﴾
"Dan kekuatan itu hanya bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin". (QS. al-Munafiqun [63] : 8)
Para Salafush shalih, kondisi mereka ketika sedang berbicara, ketika sedang beramal, ketika sedang berjihad, ketika sedang berpergian, dan ketika sedang berada di daerahnya sendiri, mereka merasa berada, mereka merasa selalu dilihat dan diawasi oleh Allah, merasa selalu dijaga dan diberi pertolongan serta dipelihara
.
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِن قُرْآنٍ وَلاَ تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاء وَلاَ أَصْغَرَ مِن ذَلِكَ وَلا أَكْبَرَ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ ﴿٦١﴾
"Apa pun urusanmu dan bagian apapun yang kamu bacakan dari al-Qur'an, setiap kamu melakukan pekerjaan, tentulah kamu melakukannya, dan tiada tersembunyi dari Tuhanmu. Seberat dzarrah pun di bumi dan di langit, setiap apa yang lebih kecil, dan setiap yang lebih besar daripadanya, tentulah ada dalam kitab yang terang."(QS. Yunus [10] : 61)
Kedua, kokohnya bangunan persaudaraan mereka. Kuatnya hubungan jamaah mereka yang bertumpu pada kesucian hati, kebersihan jiwa, rasa persaudaraan dan cinta kasih yang tulus karena Allah. Semuanya itu menimbulkan sifat mau mengalah antara yang satu denganyang lain. Yakni, lebih mengutamakan kepentingan saudara seiman daripada kepentingan pribadinya.
Firman-Nya:
وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٩﴾
"Tapi para Anshar yang mempunyai rumah (di Madinah) dan telah beriman sebelum (kedatangan Muhajirin, mencintai orang yang hijrah ke tempat mereka, dan tiada menaruh keinginan dalam hatinya akan apa yang diberikan kepada Muhajirin. Mereka mengutamakan para pengungsi daripada dirinya sendiri. Sekalipun mereka dalam kemiskinan. Dan barangsiapa terpelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah yang beroleh keuntungan." (QS. al-Hasyr [59] : 9)
Demikianlah, jalinan persaudaraan mereka, sehingga ada di antaranya yang lebih mengutamakan saudaranya seiman daripada dengan hartanya, tenaganya, dan dengan apapun yang dimilikinya.
Disebutkan oleh al-Qurtubi bahwa orang-orang Muhajirin yang pada waktu itu belum mempunyai tempat tinggal di Madinah,mereka tinggal di rumah kaum Anshar. Ketika Rasulullah shallahu alaihi wassalam memperoleh rampasan dari kaum Yahudi Bani Nadhir, beliau memanggil orang-orang Anshar untuk menyampaikan rasa terima kasih.
Pernyataan itu disampaikan mengingat jasa baik mereka yang telah menyediakan rumah untuk tempa tinggal kaum Muhajirin berikut segala keperluan hidupnya. Kemudian beliau bersabda, "Kalau kalian mau, harta rampasan yang diberikan Allah kepadaku dari Bani Nadhir ini akan kubagi untuk kalian dan untuk kaum Muhajirin.Dengan catatan, kalian biarkan mereka mendiami rumah kalian, atau kuberikan semua harta rampasan ini kepada mereka dengan catatan mereka harus keluar dari rumah kalian".
Lalu, Sa'ad bin Ubadah dan Sa'ad bin Mu'adz menjawab, "Kami berikan seluruh harta itu kepada kaum Muhajirin, dan kami biarkan mereka tinggal di rumah-rumah kami, sebagaimana semula". Kemudian, kaum Anshar yang lain menyahut pula, "Kami relakan dan kami terima ketetapan ini dengan senang hati, wahai Rasulullah".
Lalu Rasulullah shallahu alaihi wassalam memanjatkan doa, "Ya Allah. Berikan rahmat kepada orang-orang Anshar dan anak-anak orang-orang Anshar". Selanjutnya, Rasulullah shallahu alaihi wassalam, memberikan harta rampasan kepada kaum Muhajirin, dan tidak diberikan sedikitpun kepada kaum Anshar, melainkan kepada tiga orang saja, yang pada waktu itu sangat membutuhkan, yaitu Abu Dujanah, Simak bin Kharasyah, Sahl bin Hunaif, dan al-Harist bin Shimah.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Tirmidzi dai Abu Hurairah ra bahwa seorang lelaki yang rumahnya dikunjungi seorang tamu yang hendak bermalam. Pada waktu itu si pemilik rumah hanya memiliki persediaan makanan untuk dirinya dan anak-anaknya saja. Lalu ia berkata kepada isterinya."Tidurlah anak-anak itu dan matikanlah lampunya. Sesudah itu berikanlah makanan itu kepada tamu kita. Kemudian turunlah ayat al-Qur'an:
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
"Mereka mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka dalam kemiskinan." (QS. al-Hasyr [59] : 9)
Diriwiyatkan juga oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallahu alaihi wassalam, sambil mengatakan, "Aku kelaparan". Lalu Rasulullah mengirim utusan kepada salah seorang isteri beliau untuk menanyakan makanan. Kemudian Isteri Nabi Shallahu alaihi wassalam menjawab. "Demi Allah yang mengutus engkau, aku tidak mempunyai makanan apapun kecuali air," jawabnya.
Kemudian beliau mengutus isterinya yang lain, tetapi mendapatkan jawaban seperti juga. Demikianlah, hingga akhirnya semua isteri beliau di tanyai, tetapi semunya menjawab, "Aku tidak memiliki makanan apapun selain air". kemudian beliau berkata, "Siapakah diantara kalian yang sanggup menjamin orang ini pada malam har ini?". Si isteri menjawab, "Tidak. Melainkan makanan untuk anak-anak kita saja". Dia berkata, "Sibukkanlah anak-anak itu dengan sesuatu, sehingga mereka lalai. Kemudian, apabila tamu kita nanti sudah datang, matikanlah lampu dan tunjukkanlah kepadanya bahwa kita sudah siap hendak makan. Dan jika ia sudah mulai makan, kita pun pura-pura ikut makan".
Setelah si tamu datang, ia dipersilakan makan dan mereka pura-pura menemaninya makan. Sehingga, si Tamu makan dengan tenang. Keesokan harinya lelaki Anshar itu datang kepda Rasulullah shallahu alaihi wassalam menceritakan apa yang dilakukannya bersama tamunya semalam. Lalu beliau bersabda, "Sungguh Allah kagum (sangat senang) terhadap perbuatan mu sekelurga malam tadi".
Turunlah firman-Nya:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا ﴿٢٩﴾
"Muhammad Rasul Allah, dan orang-orang bersama ia keras terhadap orang kafir, kasih sayang antara sesama mukmin. Kau lihat mereka rukuk dan sujud. Inginkan karunia Allah dan keridhaan-Nya. Di wajahnya tanda-tanda bekas mereka sujud. Inilah perumpamaan mereka dalam Injil, seperti benih yang mengeluarkan batang, lalu menjadi kuat karenanya, lebat dan tegak atas batangnya, menyukakan hati para penabur, tetapi menimbulkan amarah orang-orang yang ingkar kepada mereka. Allah telah janjikan kepada orang yang beriman dan melakukan amal kebaikan diantara mereka. Ampunan dan pahala berlimpahan." (QS. al-Fath [48] : 29)
Sesungguhnya kalian selamanya tidak akan dikalahkan, karena sedikitnya jumlah kalian, atau karena lemahnya persiapan material kalian, atau karena banyaknya musuh kalian,atau karena bersatupadunya musuh yang hendak membinasakan kalian. Andaikata seluruh penduduk bumi berhimpun menjadi satu, tiadalah mereka akan memperoleh sesuatu dari kalian apa yang telah ditentukan oleh Allah.
Tetapi, kalian akan dibinasakan, pertolongan akan dihapuskan bilamana hati kalian telah rusak, dan Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada kalian bila keadaan kalian demikian. Atau kalian akan mendapat bencana serupa, bilamana kalimat kalian sudah bersilang sengketa, pikiran kalian tidak berpadu setuju.
Adapun jika hati kalian bersatu, segala tujuan diarahkan kepda Allah, segala sesuatunya kalian lakukan karena semata-mata mentaati Allah dan demi mencari ridha-Nya, maka tak usahlah kalian bersedih hati. Kalian lebih tinggi, lebih unggul, dan Allah akan selalu menyertai kalian dan tidak akan menyia-nyiakan amal kalian.
Adakah bahaya yang lebih mengerikan yang akan menimpa kita, selain daripada bahaya hati, kelemahan jiwa dan semangat, beragamnya hawa nafsu dan bersilangsengketanya pendapat dan pikiran.
Tidak disangsikan lagi bahwa untuk mencapai semua itu, diperlukan perjuangan yang terus menerus dan berkesinambungan, yang pahit, lagi pula melelahkan.
Dan ini semua takkan terwujud kecuali adanya persatuan yang sempurna, persaudaraan yang kokoh, persaudaraan antara hati masing-masing, terus berusaha berjalan diatas jalan kebenaran dan selalu mengarahkan semua amalnya untuk kebaikan. Wallahu'alam
No comments:
Post a Comment