Dan Kita Pun Akan Menjadi Tua
Hidup bagaikan garis lurus
Tak pernah kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola
Yang tiada ujung dan tiada pangkal… .
eramuslim
– Syair lagu diatas, sering kita dengar dari
lantunannya Bimbo, liriknya mengingatkan kita akan sebuah akhir.
Kehidupan ini tidak akan berlangsung abadi, hingga suatu saat kita akan
menaiki tangga usia, semakin lama usia kita bertambah, semakin
berkuranglah sisa umur kita dan andai Tuhan belum memanggil kita di usia
muda maka kitapun akan menjadi tua.
Melihat garis-garis di wajah sosok yang kita cintai ibu dan ayah
kita, ketika kulitnya mulai keriput, rambut hitamnya mulai memutih dan
kesehatannya kian menyusut, kita diingatkan oleh-Nya bahwa kitapun sama,
suatu saat nanti akan menjadi tua, renta dan butuh begitu banyak
pertolongan, kasih sayang serta perhatian dari anak-anak kita.
Dan sekaranglah saatnya bagi kita untuk memainkan peran sebagai
seorang anak, memelihara dan menyayangi ayah dan ibu kita. Dahulu
sembilan bulan kita dalam rahim ibu, kita menyusahkannya, duduk ia tak
enak, berbaring tak nyaman. Tapi ibu sabar menanti hari-hari kelahiran
kita. Tiba kita di dunia, ibu tersenyum bahagia mendapatkan kita sebagai
anugerah dari Tuhan-Nya, disusuinya, dimanjakannya dan dibesarkannya
kita dengan penuh kasih sayang. Diajarkannya kita berbagai ilmu dan
sebuah kenikmatan yang luar biasa bagi kita diajarkan untuk mengenal
Allah sebagai Tuhan kita. Dengan sabar ibu mengajak kita pergi ke
pengajian dan ayah selalu mengajak kita shalat berjamaah.
Menginjak remaja, kita semakin menyusahkannya, biaya sekolah yang
kian besar serta kenakalan-kenakalan yang sering kita lakukan tak jarang
membuat hati ibu terluka. Sikap kita yang kasar, egois dan selalu
merasa benar terkadang membuatnya menangis, tapi ibu tetap sabar.
Dibimbingnya kita untuk memperbaiki sikap dan tingkah laku kita, ibu
selalu menanamkan cinta kepada Allah Rabb Tuhan yang maha kasih dan
sayang.
Berbahagialah bagi yang masih mempunyai ibu juga ayah, karena masih
mempunyai kesempatan untuk memelihara dan menyayangi mereka. Dan saat
kita menginjak dewasa, ketika ayah yang dulu kekar sekarang sering
terbaring sakit, dan ketika ibu yang dulu selalu melayani kita makan
sekarang sering terbaring lemah, inilah saat-saat yang baik bagi kita
untuk memuliakan mereka, melayani, memelihara dan memberikan perhatian
kepada mereka. Inilah kesempatan kita untuk menjadi anak yang shaleh
buat mereka bahagia di ujung usianya, dan buat mereka bangga dengan
kita. Ingatkah, dahulu ketika kebetulan kita terbangun dari tidur,
terlihat ibu sedang Tahajjud tak henti-hentinya berdo’a untuk kita, agar
menjadi anak yang shaleh dan tercapai semua cita.
Jenguklah ibu dan ayah kita selagi bisa, sebelum semuanya berakhir
menjadi kenangan, bawakan oleh-oleh yang disukainya. Sebab jika mereka
telah tiada maka tak akan ada lagi yang menunggu kita pulang, tak ada
lagi menyiapkan kita sarapan, yang ada hanyalah rumah yang akan menjadi
kenangan. “Muliakanlah Orang tua kita karena kitapun akan menjadi tua” (untuk ibu di rumah dan ayah yang telah tiada, Ananda)
Abdullah Fannany.
No comments:
Post a Comment