Wednesday, February 23, 2011

Mengapa Memilih Ketidakadilan?

Salah satu faktor yang menyebabkan para penguasa berguguran dari kekuasaannya adalah ketidak adilan. Para penguasa yang sekarang ini digulingkan rakyatnya, karena mereka melakukan ketidak adilan terhadap rakyatnya. Ketidakadilan yang membuat mereka menjadi seorang diktator yang angkuh dan kejam terhadap rakyatnya.

Mereka para penguasa itu memilih berbuat tidak adil, dan membiarkan rakyatnya terus dikungkung oleh ketidakadilan. Ketidakadilan itu mereka ciptakan sendiri. Ketidakadilanl yang berlangsung dalam kurun waktu yang panjang itu, mengakibatkan hancurnya sistem kehidupan yang luas, dan berakibat buruk terhadap kehidupan rakyat.

Di mana-mana para penguasa memiliki karakter yang sangat khas, tidak mau peduli dengan rakyatnya, dan selalu dalam posisi berbuat tidak adil, dan membiarkan ketidakadilan itu terus berlangsung kehidupan. Rakyat dibiarkan hidup tanpa adanya keadilan.

Sirkulasi kekuasaan yang hanya sangat terbatas, dan cenderung mereka menjadikan kekuasaan itu, seperti barang milik pribadinya. Sangat jarang para penguasa, yang memiliki kesadaran yang inheren, tentang hakekat kekuasaan, yang merupakan amanah. Tetapi, kekuasan itu mreeka pahami sebagai milik pribadi, dan harus dipertahankan dengan segala cara.

Mereka tidak segan-segan melakukan kekerasan dengan massive terhadap rakyatnya yang menginginkan keadilan. Seorang rezim yang sudah puluhan tahun, sangat tega melakukan kekerasan dan kekejaman yang tiada tara terhadap rakyat dengan senjata. Melakukan pembunuah massal terhadap yang menuntut keadilan. Mereka tak segan-segan menggunakan aparat kekuasaannya untuk membunuhi siapa saja, yang menjadi ancaman kekuasaannya.

Rakyat dibiarkan hidup dengan nista, miskin, serba kekurangan, dan mereka tidak mendapatkan hak-hak dasar mereka, tetapi para penguasa yang lalim, tidak pernah merasakan penderitaan yang dialami rakyatnya itu. Inilah pragmen dalam sebuah episode kekuasaan para tiran, diktator, despotis, serta raja-raja dan presiden yang sekarang merasa tidak lagi aman oleh gerakan rakyat yang marah.

Hadist Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, menyatakan, “Sesungguhnya orang yang bertindak adil (dalam memerintah) akan didudukkan diatas podium dari Nur (cahaya) di sisi Allah, di sebelah kanan Tuhan Ar-Rahman. Dan kedua belah tangannya jadi kanan. Itulah orang-orang yang yang berlaku adil dalam menghukum dan terhadap keluarganya dan terhadap siapa saja yang dibawah peirntahnya”. (HR Muslim dan an-Nasya’i).

Para pemimpin yang dapat menegakkan keadilan akan mendapatkan sebuah ganjaran yang tidak dapat diemajinasikan (diangankan) oleh akal pikiran manusia. Kebahagiaan disisi Rabbul Alamin,yang menciptakan langit dan bumi. Kebahagiaan yang tiada nilainya lagi.

Tetapi, para penguasa yang tidak mengenal din (agama), lebih memilih kehidupan dunia, yang sangat rendah, dan melakukan kekejian dan ketidak adilan, guna mendapatkan kehidupan dan kenikmatan yang tidak seberapa dibandingkan dengan yang sesungguhnya, yaitu kehidupan akhirat.

Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Salllam, bersabda : “Satu hari pemerintahan kepala negara yang adil, lebih utama daripada ibadat enam puluh tahun.Mendirikan hokum di atas bumi menurut haknya, lebih membawa kebesihan dari hujan 40 pagi”. (HR Thabrani).

Sungguh Allah Rabbul Alamin telah memberikan gambaran yang sangat agung bagi siapa saja yang mau menegakkan keadilan. Sebaliknya meninggalkan bentuk ketidakadilan yang membuat manusia menjadi durhaka kepada Allah Azza Wa Jalla dan

manusia.
Soeharto (Indonesia), Mubarak (Mesir), Ali Abdullah Saleh (Yaman), Zainal Abidin ben Ali (Tunisia), Muammar Gadhafi (Libya), Raja Abdullah (Saudi), Abdel Aziz Boutiflika (Aljazair), Raja Hasan (Maroko), dan Raja Abdullah (Yordania), mereka semua berkuasa dengan kurun waktu yang panjang. Tetapi, adakah mereka menciptakan keadilan bagi rakaytnya.
 

Mereka semua para pengabdi thogut (musuh-mush Allah),dan memilih ketidakdilan sebagai lawan keadilan. Para penguasa presiden dan raja, mereka memilih jalan yang dibenci oleh Allah Rabbul alamin dengan berpaling dari din (agama Islam), dan memilih jalan la diniyah (sekuler), yang sangat jauh dari nilai-nilai keadialn.

Sekarang mereka memetik hasilnya, di mana seluruh Timur Tengah, menuntut penguasa mengundurkan diri,dan mereka harus bertanggung jawab atas segala perbuatan dan tindakan yang pernah merka lakukan selama berkuasa. Sekarang rakyat menuntut keadilan.

Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : “Manusia yang akan menerima siksaan yang paling berat di hari Kiamat ialah kepala negara yang berbuat semau-maunya”. (HR Tirmidzi).
Wahai para penguasa, presiden, dan para raja, engkau dapat berbuat semau-maumu selama berkuasa. Tetapi, kelak engkau akan mendapatkan keadilan dari Allah Rabbul alamin atas segala perbuatan yang pernah engkau kerjakan di dunia. Wallahu’alam.

Jangan Diberi Hak Hidup Rezim Yang Korup

Rakyat harus bangkit melawan setiap rezim yang korup. Jangan dibiarkan mereka terus berkuasa. Bertengger di puncak kekuasaan. Jangan diberikan hak hidup mereka yang korup. Membiarkan mereka berkuasa, hanyalah sama dengan kematian bagi rakyatnya. Tidak ada kebaikan sedikitpun bagi rezim yang korup. Mereka secara sadar hanya ingin menghancurkan rakyatnya. Mereka tanpa ada belas kasihan terhadap rakyat.

Rezim yang korup di manapun mereka menjadi begitu sangat tamak dan rakus. Mereka tidak akan pernah puas dan cukup dengan kekayaan dan kekuasaan yang mereka miliki. Kekuasaan yang mereka miliki hanyalah untuk pribadi mereka, keluarga mereka, dan kroni-kroni mereka. Bukan untuk rakyat. Rakyat hanyalah mereka jadikan sebagai budak, yang mereka ekploitasi demi kekuasaan,  keluarga dan kroni-kroni mereka.

Mereka mengelola pemerintahan dan negara seperti organisasi mafia. Segelintir orang yang dekat dengan kekuasaan, sangat berkuasa, dan menjalankan kekuasaan. Mereka menguasai seluruh asset negara, sumber daya alam, dan pemerintahan, serta aparat militer, polisi dan intelijen. Pemerintahan yang korup itu, di kelilingi oleh isteri, anak, saudara, sanak famili, dan kroni-kroni. Mereka inilah sejatinya yang berkuasa.

Mereka rezim yang korup itu menjadi perpanjangan tangan penjajah asing, yang ingin menguasai sebuah negara. Mereka hanya mengabdi kepada asing, bukan kepada rakyatnya. Karena asing lah yang bisa melindungi mereka. Dengan senjata. Dengan senjata itu rezim-rezim yang korup itu, melakukan kekerasan yang sangat kejam untuk menindas rakyatnya. Dengan berbagai dalih. Termasuk menuduh mereka sebagai teroris dan anggota kelompok al-Qaidah. Sejatinya para rezim yang korup lebih jahat dibandingkan semuanya yang disebut teroris itu.

Para rezim yang korup itu sangat erat dengan para penjajah. Mereka tidak merasakan negerinya sudah dijajah dan dikuasai. Mereka menjual negaranya kepada asing dengan sadar. Melalui berbagai kebijakan yang mereka lakukan. Lihatlah semua negeri-negeri Muslim sekarang, para pemimpinnya hanyalah perpanjangan para penjajah Barat. Mereka menjadi budak Barat. Mereka hanyalah menjalankan kebijakan dan kepentingan Barat. Inilah yang akan menghancurkan negeri-negeri Muslim, disebabkan para pemimpin mereka, sejatinya hanyalah merupakan kelanjutan  penajajahan.

Salah satu contoh yang sekarang terjadi di Tunisia. Bagaimana El Abidin dan Leila berkuasa 23 tahun. Menguasai negara bersama anaknya, saudaranya, dan kroni-kroninya yang sangat biadab. News Week menyebutkan pemerintahan El Abidin mirip sebuah organisasi mafia. Bukan sebuah pemeritahan yang menganut tata cara yang semestinya. Mereka mengelola negara dengan sangat terbatas. Membiarkan rakyatnya miskin, menganggur, dan hanya makan sekerat roti. Anak-anak muda menjadi penganggur tidak mendapatkan pekerjaan. Semuanya perusahaan dan kantor-kantor, diberikan kepada asing, yang menjadi kroni keluarganya.

Sementara itu, El Abidin hidup di Istana yang sangat mewah di tepian laut Mediterania, di kamar-kamar yang mewah, dan membangun balkon, yang dilapisi permadani dan emas, yang sangat luar biasa.
Isterinya pergi ke Paris, Roma, dan London, hanya sekadar untuk belanja pakaian. Kedua anak perempuannya tinggal di Paris, di sebuah rumah mewah, dan hidup di kamar hotel suit dengan harga kamar semalam Rp 7 juta. Salah seorang suami anak perempuannya, memelihara harimau, yang diberi makan daging pilihan. Anak-anak El Abidin mendapatkan pengawalan dan pembantu yang akan terus melayaninya.
Ketika meninggalkan Tunisia, Leila memerintahkan suaminya El Abidin agar Gubernur Bank Sentral Tunisia, melepaskan emas bantangan senilai 1,5 ton. El Abidin meninggalkan Tunisia dengan membawa lari uang Rp 50 triliun. Di simpan di berbagai bank di Eropa.

Sebuah kejahatan yang tak bisa lagi dicerna oleh nalar manusia. Seorang penguasa yang begitu tamak dan rakus, membiarkan rakyatnya miskin, dan tanpa masa depan. Sementara itu, dia terus membangun kehidupan yang luar biasa kememawahannya.

Inilaha ironi seluruh penguasa yang ada sekarang ini. Mereka hanyalah kumpulan orang-orang yang korup, sembari menghancurkan rakyatnya sendiri, dan mengabdi kepada Barat. Wallahu’alam

Libyan leader Muammar Gaddafi addresses a speech during a ceremony marking the 24th anniversary of the U.S. air raids on Tripoli and Benghazi in 1986, in Sirte April 15, 2010. Picture taken April 15, 2010.
http://www.eramuslim.com/editorial/jangan-diberi-hak-hidup-rezim-yang-korup.htm
Rakyat mula muak dengan kepimpinan Muammar Gaddafi...?
Libyan leader Muammar al-Gaddafi (C) leans on the shoulders of Egyptian President Hosni Mubarak (centre R) and President of Yemen, Ali Abdullah Saleh (centre L) as they laugh during a photocall before the second Afro-Arab Summit in Sirte October 10, 2010.
Pemimpin yang gagal...?
Egyptian President Hosni Mubarak (L) laughs as he welcomes Libyan Leader Muammar Gaddafi (R) on his arrival at the presidential palace in Cairo in this July 21, 2002 file photo. Egypt's Vice President Omar Suleiman said on February 11, 2011 that Mubarak had bowed to pressure from the street and had resigned, handing power to the army, he said in a televised statement.
Libyan leader Muammar al-Gaddafi (L) stands next to Egyptian President Hosni Mubarak during a group photocall at the second Afro-Arab summit  in Sirte October 10, 2010.
Moammar Gadhafi
Libyas Gaddafi faces challenge to four decades ...
Britain issues Libya travel warning amid protests
Kadhafi loyalists threaten to snuff out protests
Obama condemns violence in Bahrain, Libya and ...
Sumber: pinkturtle2.wordpress.com dan yahoo.com

No comments:

Post a Comment