Tuesday, January 22, 2013


Meretas Jalan Menuju Ahlul Quran
Oleh: Rina Setiawati -

Bagian 1: Semangat itu..!

Dakwatuna.com – Meretas jalan menuju Ahlul Qur’an. Mungkinkah? Padahal banyak fenomena manusia yang mengabaikan Al Qur’an. Seperti yang telah difirmankan Allah dalam QS Al Furqan ayat 30: “Berkata Rasulullah SAW: “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini diabaikan”.

Manusia mulia, Rasulullah SAW, telah memperjuangkan Al Qur’an sejak kurang lebih 1400 tahun yang lalu. Sejatinya perjuangan dakwah Qur’an kita saat ini merupakan lanjutan dari perjuangan Rasulullah, di mana beliau mengutus para sahabatnya untuk mengajarkan Al Qur’an dan mengajak kaum di masa itu untuk beriman kepada Allah, terutama di negara-negara sekitar Mekah dan Madinah, sehingga teranglah cahaya Islam sampai kepada kita sekarang. Beliau mengutus para sahabatnya untuk melakukan dakwah Al Qur’an; ada yang dibunuh dan terbunuh saat melakukan tugas mulia ini. Tentu ajakan kebaikan ini ada yang menerima dan menolak, misalnya Raja Najasy yang dikirimkan surat oleh utusan Rasulullah dan menyambut baik ajakan beliau, namun ada pula negara Romawi yang pada saat itu juga diajak menerima kebenaran Islam dan menolaknya. Sudah sunnatullah, dengan keadaan zaman saat ini pun demikian. Ada orang-orang yang menyambut baik ajakan dakwah Qur’an, ada pula yang enggan dan sangat sibuk untuk memikirkan urusan lain apalagi Al Qur’an karena sudah disibukkan dengan urusan dunianya.

Bahkan ada celetukan, ”Bu, saya sebenarnya pengen banget belajar, tapi gak ada waktu.” Berada di barisan Al Qur’an adalah suatu pilihan. Banyak sekali keinginan-keinginan untuk berada dalam barisan orang yang belajar maupun mengajar, namun belum ada jalan untuk bisa berada di dalamnya. Siapa yang memudahkan jalannya? Tentu saja sang pemilik Kitabullah ini, yaitu Allah. 

Karena belajar Al Qur’an ini berbeda dengan belajar kursus keterampilan tertentu. Karena secara tidak langsung, ketika kita belajar Al Qur’an, kita juga akan mendekatkan diri kepada Dzat yang menurunkannya. Entah karena padatnya aktivitas dan kesibukan, atau memang tidak ada keinginan dan semangat yang kuat untuk memberikan ruang prioritas terhadap Al Qur’an dalam diri masing-masing kita sehingga hati kita tidak dicondongkan atau diberi kecenderungan untuk belajar Al Qur’an. Hendaknya kita bermuhasabah, berhenti sejenak memikirkan nasib kita nanti. Sering kita lupa orang yang pernah berjaya di masa lalu sudah tidak ada lagi di zaman kita ini. Kita lupa dunia yang kita tempati ini fana. 

Zaman kita sekarang ini, paling lama kita menikmati fasilitas dunia dan kemewahannya ini, sebatas umur Rasulullah 63 tahun. Rasanya sudah ada lampu kuning jika usia kita masih diberi kesempatan hidup di atas usia Rasulullah sampai 100 tahun bahkan lebih. Selagi masih ada tambahan usia di dunia, berpikirlah untuk memperbanyak amal dan bekal pulang ke kampung akhirat, karena akhirat bukanlah tempat beramal, melainkan tempat hisab. 

Sementara dunia ini tempat melakukan amalan, tidak ada hisab. Rugilah kalau dari sekarang belum menabung amal; menabung deposito di bank bisa, tapi terasa berat menabung deposito amal di akhirat.
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Darimi).
Sering kali kita mendengar kutipan hadits di atas, tapi pernahkah kita berpikir apakah kita termasuk orang yang berada di dalam hadits tersebut? Kita berada di dalam barisan ahlul Al Qur’an bersama-sama meretas jalan ke sana, meskipun kita punya kesibukan. Kesibukan pastinya tiada pernah habis. Namun azzam (semangat) yang kuat bisa mengajak kita untuk kembali sejenak melupakan kesibukan dunia dan memikirkan bekal menuju akhirat. 

Bergabunglah dengan halaqah Al Qur’an di manapun kita berada. Bisa juga menambah hafalan sebagian Al Qur’an dan surat-surat yang belum dihafal. Karena hafalan Al Qur’an di dunia ini akan menentukan tingkatan seseorang di akhirat kelak. Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash RA dari nabi SAW, beliau bersabda: “Akan dikatakan-nanti ketika akan masuk surga kepada ahli Al Qur’an: ”baca dan naiklah serta tartilkanlah sebagaimana dulu kau mentartilkannya di dunia. Sebab sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kau baca.”(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Tentu di setiap tempat ada pejuang Al Qur’an yang kita bisa hadir dan mendukung serta membangun kekuatan di dalamnya. Bersama kita membangun semangat membumikan Al Qur’an. Semangat yang karenanya teranglah tempat-tempat yang didirikan untuk melantunkan Al Qur’an, menjadi suatu tempat dan lingkungan yang diberkahi, Amin.

No comments:

Post a Comment