Sunday, January 23, 2011

Category:Books
Genre: Health, Mind & Body
Author:dr. Ade Hashman, Sp.An
“MENGAPA RASULULLAH TIDAK PERNAH SAKIT ?”

Dalam perspektif yurisprudensi hukum agama, persoalan pemeliharaan kesehatan diri merupakan fardu ain (kewajiban personal) bagi setiap pribadi, mengingat tubuh kita ini merupakan sebuah amanah yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan,  sedang penguasaan terhadap ilmu kedokteran terapan merupakan fardu kifayah. Tuhan telah melengkapi dan memfasilitasi fisik kita dengan karya yang sempurna. Berapakah harga seoonggok tubuh ? Dr. Harold J. Morovitz, pernah iseng-iseng menaksir harga fisik tubuh manusia beserta kelengkapan organ-organnya. Menurutnya bila seseorang berbobot 60 kg, maka nilai tubuhnya berkisar 6 juta U$ atau 60 milyard rupiah! Begitu mahalnya manusia sehingga Qur’an menegaskan bahwa harga satu orang manusia sama dengan seluruh kehidupan umat manusia (QS 5:32). Tertitip pada diri kita lebih dari 3 trilyun sel dalam setiap kg bagian tubuh atau lebih dari 100 trilyun sel dalam satu individu, dengan lebih dari 200 jenis sel-sel yang berbeda dan 3 milyard data genetis yang harus kita rawat dan pelihara.? Oleh karena itu, Islam tidak pernah mengabaikan apa yang menjadi kebutuhan fisik. Islam bukan ajaran eskapistik yang hanya memanjakan jiwa dan mengagungkan spiritualitas semata. Mengapa tubuh biologis haruss dirawat ? Seperti kata Soraya Susan Behbehani “tubuh harus dirawat karena ia adalah cetakan bagi kehidupan dan jiwa ada didalamnya; semacam kerang yang mengandung mutiara yang sedang tumbuh, tanpa kerang tidak akan ada mutiara”.
 

Kenikmatan dari Allah itu sangat berlimpah tidak terkira “Maka jika kamu mau menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya” (QS 16: 18) diantara nikmat yang sangat berharga dan tidak ternilai itu adalah kesehatan. Berapa harga mata ? indera pendengaran ? ginjal, jantung atau hati ? Maukah kita menukar mata kita dengan kekayaan dunia dan seisinya? Demikian besar-nya nikmat kesehatan ini, hingga dalam sebuah hadish, Nabi menggandengkan 2 nikmat yang sangat besar bagi manusia yaitu nikmat iman & kesehatan. “Sesungguhnya manusia tidak diberi yang lebih baik di dunia daripada keyakinan dan kesehatan, maka mohonlah keduanya kepada Allah SWT” (HR. Ahmad). Dalam hadish tersebut Rasulullah saw merangkaikan persyaratan mendasar untuk memperoleh kesejahteraan dunia dan bagi kehidupan akhirat. Iman adalah dasar untuk dapat selamat dalam menempuh hidup ini dan “terutama untuk kehidupan setelah mati” karena hanya iman-lah satu-satunya yang mengarahkan pandangan bahwa cita-cita kesuksesan hidup jangan sebatas pengalaman teresterial duniawi tapi juga harus menembus sekat-sekat alam fisis ketika kelak kita memasuki pengalaman transendental saat mati nanti. Sedang kesehatan adalah basic meraih kesejahteraan hidup di dunia ini, karena betapapun banyak nikmat yang dimiliki menjadi tidak bermakna bila seseorang jatuh sakit.
 

Sehat, merupakan variabel terpenting untuk bisa menikmati hidup ini. Semua kelezatan duniawi terasa hampa begitu kesehatan sirna. Kelezatan makanan menjadi hambar, kesejukan minuman hilang, tidur tidak akan nyenyak, perasaanpun ikut gelisah ketika kita sakit. Herophilus, dokter yang hidup di era 323 SM mengatakan “ketika tidak ada kesehatan, kearifan dengan sendirinya tidak tercapai, seni tidak akan muncul, kekuatan akan sirna, kekayaan menjadi tidak berguna dan kecerdasan tidak akan bisa dipraktekkan”. Sayangnya bagi sebagian orang kesehatan masih sering dipandang “sebelah mata”.. Kesehatan karena sudah menjadi situasi sehari-hari tidak terlihat nilainya, bagai matahari yang senantiasa berpijar setiap hari, seolah-olah sudah menjadi jamak lumrah sehingga tidak bermakna kehadirannya. Sebuah pepatah Arab mengatakan “kesehatan adalah mahkota diatas kepala orang yang sehat, tidak ada yang mampu melihatnya kecuali orang yang sakit”, maksudnya orang baru menyadari betapa berharganya kesehatan justru ketika ia jatuh sakit.
 

Kini banyak kiat dan cara yang ditawarkan perbagai pihak untuk mencapai kesehatan fisik dan kebugaraan yang prima bagai ajakan para calo mencari penumpang diterminal; mulai dengan pengelolaan nutrisi tertentu, suplementasi mutivitamin dan aneka mineral, olah fisik dan jiwa rutin seperti yoga, bermeditasi, hidup natural dan sebagainya. Tentu, silahkan saja memilih ! sebagian diantara tawaran-tawaran tersebut mungkin (possible) bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah namun tidak sedikit pula model-model tawaran untuk kebugaran fisik itu membingungkan kita karena bertentangan konsep satu dengan lainnya dan “mungkin” sebagian lain berasal memang dari oknum calo yang menyesatkan. Ditengah pelbagai tawaran itu, saya berpendapat dan “menawarkan” diantara pintu menuju kebugaran fisik dan pencapaian optimal kesehatan diri bisa di petik dengan meneladani Muhammad ib^n abdillah. Muhammad saw bergelar “Al-Amin” yakni “yang bisa dipercaya” karena lisan dan seluruh dimensi perbuatannya punya kredibilitas yang terjamin kebenarannya.
 

Sebagai dokter yang memiliki tanggung jawab kekhalifahan menyebarkan pesan-pesan agar menjalani hidup sehat, saya mengajak kita bersama menyelami kehidupan Nabi Muhammad saw yang mempesona itu. Seumur hidupnya Nabi hanya sakit 2 kali saja, meski ia memiliki tugas, amanat dan beban berat yang luar biasa. Buku ini akan mengisahkan aspek-aspek dari kehidupan Nabi yang memberi kontribusi terhadap kesehatan yang dikonfrontasikan dengan keterangan-keterangan saintifik kedokteran

sumber : http://adehashman.multiply.com/reviews/item/5

No comments:

Post a Comment