18/4/2012 | 26 Jumada al-Ula 1433 H | Hits: 710
Oleh: Herdiansya
dakwatuna.com
Tuhan,
Akalku pastinya sudah paham
Kalau itu noktah-noktah hitam
Tapi sang nafsu itu
Tak mau berhenti menggoda merayu
Akalku pastinya sudah paham
Kalau itu noktah-noktah hitam
Tapi sang nafsu itu
Tak mau berhenti menggoda merayu
Akalku menggelepar
Bak ikan terpanggang
Hidup-hidup dibuatnya
Bak ikan terpanggang
Hidup-hidup dibuatnya
Raga ini selalu berlari
Dari syahwat durja itu
Tapi sang nafsu selalu
Setia hadir mengebiri
Dari syahwat durja itu
Tapi sang nafsu selalu
Setia hadir mengebiri
Tuhan,
Akalku menangis sedu
Di hadapan dua malaikatMu
Kiri-kanan sampingku
Tak berkutik ditiban sang nafsu
Akalku menangis sedu
Di hadapan dua malaikatMu
Kiri-kanan sampingku
Tak berkutik ditiban sang nafsu
Akalku hanya mampu
Sedikit mengulum senyum tersipu
Kalaku tegak raka’atMu
Sedikit mengulum senyum tersipu
Kalaku tegak raka’atMu
Namun, akalku tau
Raka’at itu tak memberi
Banyak arti bagiku
Yang berlumuran dosa ini
karena syahwat itu
akan kembali mengebiri
Raka’at itu tak memberi
Banyak arti bagiku
Yang berlumuran dosa ini
karena syahwat itu
akan kembali mengebiri
Tuhan,
Kalau ku boleh berkalkulasi pahala
Adakah Ia setitik nila
Adakah Ia mencukupi
Bekal menghadapMu nanti
Kalau ku boleh berkalkulasi pahala
Adakah Ia setitik nila
Adakah Ia mencukupi
Bekal menghadapMu nanti
Sedangkan dosa-dosa itu
Tak terkalkulasi
Menggunung meninggi
Tanpa celah memandang
Tak terkalkulasi
Menggunung meninggi
Tanpa celah memandang
Tuhan,
Kalau boleh ku mengemis meminta
Tolong sediakan lautan ampunan itu
Beriku telaga rahmanMu
Di tengah kobaran dosa-dosaku
Kalau boleh ku mengemis meminta
Tolong sediakan lautan ampunan itu
Beriku telaga rahmanMu
Di tengah kobaran dosa-dosaku
Yang ku pinta hanya ampunanMu
Yang ku harap hanya rahmanMu
Selimuti aku dengan rahimMu
Hangatkan aku dengan ridhaMu
Yang ku harap hanya rahmanMu
Selimuti aku dengan rahimMu
Hangatkan aku dengan ridhaMu
No comments:
Post a Comment