29/12/2010 | 22 Muharram 1432 H | Hits: 1.407
Oleh: Siti Zuhrotun Nisa' dakwatuna.com – Beberapa waktu belakangan, saya sedang menamatkan sebuah buku berjudul Balada Cinta Suci, Ali dan Fatimah. Sebagaimana judulnya, buku ini mengisahkan perjalanan Ahlul Bait tersebut dengan cukup indah. Selain romansa–tentu saja–ada hal baru yang baru saya pahami benar-benar mengenai keluarga mulia tersebut; yaitu tentang kedermawanan yang luar biasa.
Inilah sepenggal kisahnya yang cukup menyentuh saya:
Pada suatu hari Fatimah jatuh sakit. Selama itu Ali senantiasa merawat beliau dan tak segan menggantikan tugas beliau sebagai istri. Pun Ali masih dengan tulus bertanya, adakah yang sedang diinginkan Fatimah, dengan harapan istrinya tersebut akan segera sembuh. Sejenak kemudian Fatimah menjawab bahwa ia menginginkan buah delima. Segeralah Ali berangkat ke pasar dan membeli sebuah delima. Sebuah? Ya, karena memang uang beliau hanya cukup untuk membeli sebuah delima saja. Dalam perjalanan pulang beliau melihat seseorang yang meringkuk di sudut jalan. Setelah percakapan singkat, tahulah beliau bahwa orang tersebut begitu miskinnya hingga sudah dua hari tidak makan. Kemudian beliau membelah delimanya menjadi dua bagian dan berkata:
“Tabahkanlah hatimu. Percayalah bahwa Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang baik. Bertasbihlah kepada Allah, dan ambillah buah ini, semoga dapat meringankan penderitaanmu.”
Ali sampai di rumah, dan menyerahkan delima yang hanya separuh itu kepada istri tercintanya. Kisah delima yang tinggal separuh itu justru membuat Fatimah lega dan alhamdulillah merasa semakin membaik. Di tengah kegembiraan tersebut, sahabat Salman al Farisi bertamu sambil membawa sesuatu yang ditutup kain. Setelah mengucap salam, Salman menjelaskan bahwa yang dibawanya adalah sembilan buah delima “dari Allah, untuk rasul-Nya, dan seterusnya untuk Anda.” Mendengar jawaban tersebut Ali kemudian berkata: “Tidak mungkin buah itu dari Allah. Kalau benar dari Allah, maka jumlahnya adalah sepuluh. Sebab, Allah telah berfirman
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya…”. (QS. Al An’aam:160).Lalu Salman pun tersipu sambil mengeluarkan sebuah delima lagi dari lengan bajunya: “Tak terlintas dalam pikiranku untuk mengambil buah delima itu bagi diriku. Sebenarnya, aku bermaksud mengujimu, karena begitu seringnya aku mendengar Rasulullah memuji keluasan ilmu dan kecerdasanmu”.
*Subhanallah, dua hal yang saya petik dari sini; bahwa kedermawanan Ali yang begitu besar tampak dari hati beliau yang mudah tersentuh dan bersegera untuk membantu, serta kecerdasan beliau dalam memaknai ayat-ayat-Nya sehingga begitu lekas mengaitkan keadaannya dengan salah satu janji-Nya. Dan beliau percaya, sangat percaya*
Masih banyak sebenarnya kisah hikmah dari perjalanan Ahlul Bait ini, tidak akan cukup diuraikan kecuali saya akan membuat Anda sekalian bosan :D Sampai di sini pun, mungkin Anda sudah banyak bertanya apa kaitan semua ini dengan judulnya?? Beginilah…dari buku lain yang saya baca juga saya menemukan sebuah hadits indah:
“Kedermawanan adalah pohon di dalam surga, sedang dahannya menjulur ke dunia, barangsiapa berpegang pada dahannya, dia akan dituntun oleh dahan itu menuju ke surga. Dan bakhil adalah pohon di dalam neraka, dan dahannya menjulur ke dunia, barangsiapa berpegang pada dahannya, dia akan terseret oleh dahan itu ke dalam neraka” (HR Bukhari dan Baihaqi)
Ya, ada dua pohon langit yang dahannya menjulur ke dunia. Pohon ahli surga membawa pesan kedermawanan, dan pohon ahli neraka menghantarkan pesan kebakhilan. Seiring gerakan Satu Milyar Pohon (dunia), bisa kan kita memilih pohon (langit) yang tepat untuk kita tanam pula?
Sumber :Dakwatuna
No comments:
Post a Comment