Kematian Jauh Lebih Mengenal Kita
Oleh: Kurnia P Wijaya
dakwatuna.com - Setiap
 kita akan menemui masa di mana ia adalah awal dari masa yang abadi, 
yaitu kematian. Tidak ada yang dapat mengetahuinya, terlebih menolaknya 
ketika ia datang. Di hadapan kematian semua sama kecuali yang paling 
baik amalnya.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk: 2)
Allah tidak 
melihat pangkat, kekayaan, ketampanan, kecantikan, bahkan dalam ayat ini
 disebutkan “ahsanu amala”, yang baik amalnya bukan yang banyak amalnya.
Ini merupakan sebuah sunnatullah
 yang semua insan pasti mengetahuinya. Namun tidak semua orang 
menyadarinya bahwa kematian itu begitu dekat. Kematian jauh lebih 
mengenal kita bahkan daripada kita mengenal diri kita sendiri. Kita tak 
pernah mengetahui kapan kita akan mati, dimana kita akan mati, dan dalam
 keadaan apa kita mati. Sedangkan kematian itu sendiri lebih 
mengenalnya, sehingga banyak kita yang tidak sadar bahkan cenderung 
ingkar pada kuasaNya itu.
“Dan tiada seorang pun yang dapat 
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada 
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. 
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Tentu
 kita telah banyak mendengar ataupun melihat sendiri peristiwa kematian.
 Dari mereka yang tua, muda, bahkan yang masih terlihat sehat dan bugar.
 Ada orang dipanggil karena sakit, ada yang kecelakaan, bahkan ada yang 
sedang tertidur. Betapa banyak lagi peristiwa terlepasnya ruh dari jiwa 
dengan cara yang tak terduga.
Kematian adalah salah satu dari 
misteriNya yang tak seorang pun dapat mengetahuinya secara pasti di 
samping jodoh, rezeki. Namun kita lebih sering cemas terhadap jatah 
rezeki, sehingga kita banting tulang meraihnya siang dan malam. Begitu 
pula kita yang sering gundah dengan jodoh, anak muda zaman sekarang 
menyebutnya “galau”. Tapi kita tidak sama sekali cemas, gundah, terlebih
 lagi “galau” tentang kematian. Padahal ia begitu dekat dan lebih pasti 
daripada semuanya.
Rasulullah bersabda, “Muslim yang paling cerdas
 adalah yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik 
mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang
 yang cerdas”(diriwayatkan oleh Imam al-Qurtubi dalam al-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umuri al-Akhirah)
Banyak
 di antara kita, termasuk penulis, sibuk mengatur dan menata urusan 
dunia hingga tak ada terlintas bahwa kematian akan menghampiri. Yang 
saya sebut kematian jauh lebih mengenal kita daripada kita mengenal diri
 kita sendiri adalah, bahwa manusia sering lalai akan hakikat penciptaan
 terhadapnya yaitu ibadah kepadaNya. Jika kita mengenal diri kita 
sendiri tentulah kita mengetahui untuk apa kita diciptakan di dunia ini.
 Menjadi hambaNya yang hanya menyembahNya, dan menjadi pengelola (khalifah) di bumi ini sebagai bagian daripada ibadah itu sendiri. 
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq
 berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan 
tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan 
giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia 
akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan 
perasaan cukup dan malas dalam beribadah”. Kenalilah hakikat 
diciptakannya kita sebagai manusia maka kita akan menemukan sebuah titik
 dimana ia akan menjadi awal pertemuan kita dengan kehidupan yang abadi,
 dialah kematian. Dia yang menyajikan sebuah jamuan yang penuh 
kelezatan, keindahan, kedamaian dalam pengakhiran baikNya. Atau sebuah 
kenistaan, kesusahan, ketakutan dalam pengakhiran burukNya
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/05/20386/kematian-jauh-lebih-mengenal-kita/#ixzz1udLNXpDA



 
No comments:
Post a Comment