Media rayakan kemungkaran media jahiliah
Harakahdaily Salmiyah Harun, | 07 Mei 2012 |
KUALA LUMPUR, 7 Mei: Media
yang menganjurkan sikap merayakan kemungkaran dengan niat hiburan atau
politik apatah dengan mengaibkan sesama Islam maka tentulah media
tersebut menjadi media jahiliah, demikian tegas Pengasas Zentrum Future
Studies Malaysia Prof Madya Dr Abu Hassan Hasbullah (gambar).
Tambahnya, media jahilian tidak memiliki fikiran dan perasaan terhadap peradaban dan tidak mentaati sikap Islam sebagai agama syumul yang mencahayakan kebenaran dan kebaikan buat umat manusia.
"Islam adalah agama rasmi negara ini, maka segala perilaku, perbuatan, pemikiran dan tindakan baik secara individu, apatah lagi sebagai institusi hendaklah menempatkan sikap menghormati cara Islam menguruskan penghidupan manusia. Tentulah media juga tidak lepas dari posisi ini," katanya kepada Harakahdaily.
Mengulas sikap media arus perdana yang keterlaluan dalam laporan mereka akhir-akhir ini, katanya, fungsi media sebagai pemacu pembentukan jasmani yang bersih, dan rohani yang mulia adalah gerakan yang mengatasi segala kepentingan, politik atau budaya.
Malah katanya, takut pada tekanan autokrasi dengan menghalalkan rasuah, pecah amanah, penindasan, penipuan, dan pengkhianatan terhadap hak-hak manusia serta penderhakaan terhadap agama, atas alasan politik tentulah menempatkan media itu tidak lebih gerombolan munafik dan fasik.
"Yang menyamar dalam topeng yang baik walhal sebenarnya memiliki sifat dan sikap yang melampaui batas, yang menentang sistem yang telah ditetapkan oleh Islam," ujarnya.
Tegas Abu Hassan, media adalah sebuah medium intelektualisme yang sangat berpengaruh dan memainkan peranan sebagai pembentuk nilai dan identiti masyarakat, dan mempertahankan keadilan dan kesaksamaan, menganjurkan kemajuan dalam fikiran dan perasaan.
Justeru katanya, tidak ada demokrasi tanpa kebebasan media akan melemahkan kualiti media yang ada.
"Jika demokrasi sebuah kewajiban, maka penciptaan media yang bebas juga sebuah keharusan. Demikianlah setidaknya kita diberitahu tentang fungsi media, dan bagaimana mediawan, serta massa sebagai penerima mesej," katanya.
Media yang berada di bawah naugan kerajaan Islam, katanya harus mampu mempengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan, perilaku kepunahan moral dan akhlak yang lazim disebut menganjurkan perayaan hedonis sama ada secara sosial mahupun secara ekonomi dan politik.
"Media Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan pornografis, menjauhkan promosi kemaksiatan, atau hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, memutarbelitkan fakta, berita bohong, mendukung kemungkaran, dan bersikap melampaui batas dengan menafikan keadilan, kesaksamaan dan hak-hak kemanusiaan atas apapun alasan, kapitalisme maupun kekuasaan politik," katanya
Tambahnya, media jahilian tidak memiliki fikiran dan perasaan terhadap peradaban dan tidak mentaati sikap Islam sebagai agama syumul yang mencahayakan kebenaran dan kebaikan buat umat manusia.
"Islam adalah agama rasmi negara ini, maka segala perilaku, perbuatan, pemikiran dan tindakan baik secara individu, apatah lagi sebagai institusi hendaklah menempatkan sikap menghormati cara Islam menguruskan penghidupan manusia. Tentulah media juga tidak lepas dari posisi ini," katanya kepada Harakahdaily.
Mengulas sikap media arus perdana yang keterlaluan dalam laporan mereka akhir-akhir ini, katanya, fungsi media sebagai pemacu pembentukan jasmani yang bersih, dan rohani yang mulia adalah gerakan yang mengatasi segala kepentingan, politik atau budaya.
Malah katanya, takut pada tekanan autokrasi dengan menghalalkan rasuah, pecah amanah, penindasan, penipuan, dan pengkhianatan terhadap hak-hak manusia serta penderhakaan terhadap agama, atas alasan politik tentulah menempatkan media itu tidak lebih gerombolan munafik dan fasik.
"Yang menyamar dalam topeng yang baik walhal sebenarnya memiliki sifat dan sikap yang melampaui batas, yang menentang sistem yang telah ditetapkan oleh Islam," ujarnya.
Tegas Abu Hassan, media adalah sebuah medium intelektualisme yang sangat berpengaruh dan memainkan peranan sebagai pembentuk nilai dan identiti masyarakat, dan mempertahankan keadilan dan kesaksamaan, menganjurkan kemajuan dalam fikiran dan perasaan.
Justeru katanya, tidak ada demokrasi tanpa kebebasan media akan melemahkan kualiti media yang ada.
"Jika demokrasi sebuah kewajiban, maka penciptaan media yang bebas juga sebuah keharusan. Demikianlah setidaknya kita diberitahu tentang fungsi media, dan bagaimana mediawan, serta massa sebagai penerima mesej," katanya.
Media yang berada di bawah naugan kerajaan Islam, katanya harus mampu mempengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan, perilaku kepunahan moral dan akhlak yang lazim disebut menganjurkan perayaan hedonis sama ada secara sosial mahupun secara ekonomi dan politik.
"Media Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan pornografis, menjauhkan promosi kemaksiatan, atau hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, memutarbelitkan fakta, berita bohong, mendukung kemungkaran, dan bersikap melampaui batas dengan menafikan keadilan, kesaksamaan dan hak-hak kemanusiaan atas apapun alasan, kapitalisme maupun kekuasaan politik," katanya
No comments:
Post a Comment