Kecelakaan Sukhoi Mengingatkanku Kepada Kematianku…!
14/5/2012 | 23
Jumada al-Thanni 1433 H | Hits: 4.629
Oleh: Fika
Hokama
dakwatuna.com - Resah aku bila mengingat mati…!
Perasaan itulah yang aku rasakan
ketika mendengar berita dari media dalam negeri maupun luar negeri dan juga
berita dalam radio dan televisi tentang jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100
berpenumpang 45 termasuk 8 awaknya. Burung besi buatan Rusia itu menabrak
tebing di Puncak Gunung Salak I yang memiliki ketinggian 2.211 meter di atas
permukaan laut atau sekitar 7.253 kaki. Pesawat itu terhempas pada ketinggian
5.800 kaki (vivanews.com).
Ya Allah ampuni aku, ampuni juga
mereka… ya Allah kasihanilah mereka, selamatkan mereka, hanya Engkau tempat
meminta pertolongan , tidak ada yang lain…ya Allah bila memang
saudara-saudaraku dalam kecelakaan itu sudah tiba saatnya Engkau panggil untuk
kembali ke sisi-Mu dan menyudahi semua aktivitas di dunia, maka kembalikanlah
mereka dengan mendapat ridha dan ampunan-Mu… begitu doaku dan harapanku untuk
mereka saudara-saudaraku.
Seberat apapun musibah yang
menimpa manusia dalam sebuah kecelakaan tabrakan Mobil misalnya, jika Allah
belum berkehendak korban itu naas pada waktu kejadian, maka bersyukurlah dia
akan selamat dan hikmahnya mungkin Allah masih berkenan untuk memberi
kesempatan yang ke dua agar korban itu menjadi manusia yang lebih baik lagi dan
ketika meninggalkan dunia dia dalam keadaan mendapat Ridha dan ampunan Allah
SWT. Ada juga yang langsung meninggal di tempat kejadian…inna lillah wa inna
ilaihi roji’uun.
Orang yang beriman harus percaya
bahwa kematian itu benar adanya dan pasti setiap orang akan mengalaminya,
seperti firman Allah SWT; yang artinya: “Tiap-tiap jiwa akan merasakan
(pedihnya) mati…” (Aali ‘Imraan: 185). Maka bagaimana mungkin, kita
santai menghadapi kematian dan tidak ada upaya selalu mengingat mati yang pasti
akan terjadi kepada setiap manusia. Kita juga jarang mengingat Allah dan
meminta ampun kepada Allah padahal kesalahan itu dimana pun sengaja atau tidak
sengaja akan terjadi , sudah selayaknya kita istighfar meminta ampun kepada-Nya
setiap saat agar jika Malaikat Izroil pencabut nyawa itu datang tidak memberatkan
sakaratul maut kita.
Ulama Ibnul Qayyim mengatakan
“Orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat kematian dan
mempersiapkan kematiannya dengan matang”.
Detik-Detik Malaikat
Izroil akan Mencabut Nyawa Manusia Paling Mulia di sisi Allah…
Astaghfirullah ampuni hamba ya
Allah… orang yang belum mati, sudah pasti belum mengalami yang namanya
sakaratul maut. Sekalipun dalam al Qur’an dan al Hadits banyak menggambarkan
dan menjelaskan tentang Sakaratul Maut. Atau buku-buku yang di jual di Gramedia
semua menggambarkan dan menjelaskan tentang Kematian, manusia tetap tak akan
bisa merasakan sakaratul maut itu kecuali jika saatnya telah tiba.
Pelajaran
yang paling berharga tentang kematian sepanjang sejarah adalah masa akhir hidup
Rasulullah. Dan tahukah Anda wahai saudara-saudaraku, bagaimana detik-detik
menjelang sakaratul maut Rasulullah? Kita tahu beliau adalah manusia paling
mulia, paling sempurna, dan terbebas dari kesalahan. Tetapi, beliau masih
merasakan pedihnya yang namanya sakaratul maut. Rasulullah terbaring
lemas tak berdaya di atas pelepah kurma. Tibalah saatnya malakul maut (Izroil)
datang dan Fatimah membukakan pintu untuknya, malaikat
Jibril juga tengah
bersiap-siap dari langit untuk turun ke bumi. Keadaan Rasulullah semakin melemah
dan tambah melemah. Singkat kisah, setelah Rasul meminta kepada Jibril untuk
menjelaskan apa hak-haknya di hadapan Allah? Dan meminta Jibril untuk
mengabarkan nasib Umatnya setelah sepeninggal Rasulullah SAW? Setelah Jibril
menjawab dua pertanyaan yang diminta oleh Rasulullah, Jibril berkata lagi”
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. “Perlahan ruh
Rasulullah ditarik tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Lirih Rasulullah
mengaduh. Fatimah dan Ali tak kuasa mendengarnya, sedangkan Jibril membuang
muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril? “Tanya
Rasulullah lemas pada Malaikat pengantar wahyu itu. ” Siapakah yang tega,
melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sedih.
Sebentar kemudian
terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya
Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak
bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya; “peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di
antaramu.” Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang
mulai kebiruan.“Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan akhirnya berakhir sudah masa
hidup manusia paling mulia, manusia contoh seluruh Umat di jagat raya ini.
Ya Allah bagaimana mungkin aku
melewati sakaratul maut yang mengerikan ini. Bagaimana tidak menyedihkan,
bagaimana bisa kita berani menghadapi kematian dengan amal baik pas-pasan,
sedangkan amal buruk lebih banyak. Rasulullah saja, manusia yang paling mulia
di sisi Allah, terlepas dari segala kesalahan yang Ia perbuat, qudwah atau
contoh bagi semua Makhluk di dunia ini masih merasakan beratnya sakaratul maut.
Terbukti ketika ruh di tarik dari jasad, Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang, Rasulullah juga mengaduh dan memekik kesakitan sampai-sampai
Jibril berpaling muka karena tidak tega melihat kekasih Allah kesakitan yang
tiada taranya. Dari saking dahsyatnya sakaratul maut itu pula, Rasulullah tidak
ingin Umatnya merasakan kepedihan yang sama. Subhanallah…aku sangat terharu.
Dan menyesali diri ketika teringat ajaran Rasulullah yang terlewati karena
lalai.
Kematian secara datang tiba-tiba
tidak pandang bulu, semua mengalami, Rasulullah kekasih Allah, para sahabat,
para tabi’in, ulama’, artis, actor, yang tua dan yang muda, da’i, orang baik
dan orang buruk, pejabat atau rakyat biasa dan lain sebagainya. Bahkan saya dan
kita semua akan mengalami yang namanya kematian.
Banyak Hikmah dari
Kejadian Terjatuhnya Sukhoi…!
Masih belumkah peristiwa Sukhoi
Super Jet 100 mengingatkan kita semua kepada kematian…? Dan masih banyak
peristiwa-peristiwa di Indonesia yang terjadi kecelakaan di udara, di lautan
dan di daratan yang bisa kita ambil Hikmahnya. Mari lunakkan hati keras kita.
Renungkanlah, dan ambil pelajarannya bagaimana seandainya aku, kita yang berada
di posisi menjadi penumpang pesawat naas itu. Apa yang bisa kita perbuat di
saat situasi dan kondisi sudah tidak memihak kita untuk hidup. Kita hanya
pasrah menunggu pertolongan Allah yang Maha dahsyat.
Masihkah kita ingin
berlama-lama dengan berbuat maksiat kepada Allah, tidak merasa malu di beri
umur panjang…? Padahal kesempatan untuk bertaubat memperbaiki amal-amal buruk
menjadi amal baik masih banyak waktu dan usia. Hentikan durhaka kepada orang
tua, berbohong, meninggalkan shalat, berzina, minum khamr, menggunjing saudara
kita, zhalim kepada manusia, membunuh, memakan harta anak yatim, tidak jujur,
mencuri, juga hentikan korupsi bagi pejabat dan wakil rakyat memakan uang
rakyat dan lain-lain. Itu semua hanya mempersulit sakaratul maut kita semua.
Coba bayangkan. Hantaman pesawat
Sukhoi dengan tebing Gunung Salak benar-benar dahsyat! Karena dahsyatnya
hantaman membuat pesawat terbakar, terlihat di area dinding tebing ada
sisa-sisa bekas terbakar. Dan terlihat gundul pepohonan sekitar jatuhnya
pesawat Sukhoi itu. Ini berita bisa di lihat (sindonews.com). Ampuni para penumpang Sukhoi ya Rabb…
Jadikanlah kecelakaan itu dan rasa sakit yang mereka alami penebus dosa
mereka ya Allah dan terimalah mereka di sisi-Mu. Dan masukkanlah mereka ke
surga.
Tidak seorang pun penumpang
Sukhoi yang menduga bahwa kematian sedang mengintai mereka, bahkan kita pun
tidak menduga. Sebelum pesawat lepas landas dari bandara Halim Perdana Kusuma
Jakarta, para penumpang sangat ceria dan bahagia tidak ada gurat kesedihan yang
membuat wajah mereka mendung, mereka masih sempat berfoto-foto, dan keberadaan
pesawat masih terdeteksi. Begitulah memang bila tiba saatnya,
Allah SWT pasti memutuskan kapan
manusia itu akan d ambil nyawanya oleh utusan-Nya Malaikatul Maut Izrail akan
datang menjemput tepat pada waktu dan tempat yang telah ditentukan-Nya. Waktu
dan tempat yang Allah tetapkan untuk datangnya kematian tidak akan pernah
meleset dan salah sedikit pun.
Silakan saja manusia membuat alat transportasi
baik itu transportasi daratan, lautan dan udara, setelah itu buat misalnya
pesawat yang sangat canggih anti gores, anti penyok, anti kebakaran, anti
benturan dan tidak ada tandinganya di dunia ini. Lalu manusia merasa aman
dengan perlindungan yang dimiliki oleh pesawat tersebut dan akan terhindar dari
mara bahaya yang mengakibatkan kematian, sedangkan hati dan pikiran lupa kepada
Allah yang Maha melindungi.
Atau buat saja bangunan yang sangat kuat di jagat
raya ini untuk menghindar dari kematian, bangunan itu anti rusak, anti banjir,
anti gempa, anti tsunami dll. Ingat…! Semua itu tidak akan membuat keputusan
Allah salah atau meleset ataupun berubah. Kematian itu akan tetap datang
walaupun tanpa persetujuan manusia.
Allah berfirman; “Dan setiap umat
mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta
penundaan atau percepatan sesaat pun” (Al A’raf: 34)
“Dan tidak ada seorang pun yang
dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakannya esok, dan tidak
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati….” (Al Luqman: 34)
Saya yakin orang yang mengaku
Islam pasti paham apa maksud ayat tersebut.
Ke mana Kita Hendak
Lari…?
Pada kenyataannya kematian tidak
bisa kita hindari, manusia tidak akan sanggup karena tidak seorang pun yang
tahu rahasia Allah tentang kematian itu dan hal itu sangat misteri. Kematian
itu sudah fitrah manusia karena setiap yang hidup pasti mati. Allah hanya
mengingatkan bahwa setiap jiwa akan mengalami yang namanya kematian, di mana
saja kita berada di dalam negeri atau di luar negeri, di rumah atau di dalam
rumah, di daratan atau di lautan.
Tidak ada satu tempat pun yang bisa
melindungi kita dari kematian. Kematian akan selalu bersama kita, hanya Rahmat
Allah yang akan mengubah ketetapan. Allah berfirman; “Dan setiap umat mempunyai
ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan
atau percepatan sesaat pun” (Al A’raf: 34)
Kata Allah tidak akan rugi orang
yang beriman dan berbuat kebaikan, saling menasihati dalam kebenaran dan saling
menasihati dalam kesabaran. Hal itu semua akan memberatkan timbangan amal baik
kita di yaumul hisab atau hari perhitungan tentunya dengan melewati kematian
dahulu. Kita semua berharap sakaratul maut yang akan kita alami nanti mudah dan
tidak terlalu pedih karena Rasulullah saja merasakan sakitnya Sakaratul maut.
Mari perbanyak amal shalih (baik)
dari sekarang, mumpung nyawa masih di kandung badan. Bila kematian telah tiba
saatnya sudah tidak lagi negosiasi atau tawar menawar agar di tunda waktu
kematian, tidak ada lagi kesempatan memperbaiki amal dan bertaubat, semua sudah
terlambat karena nyawa sudah berada dalam ujung tenggorokan. Perbanyaklah
istighfar kepada Allah, hanya rahmat Allah yang akan menolong kita dari
buruknya sakaratul maut. Dan semoga kita selalu di lindungi oleh Allah SWT ke
manapun kita pergi dan kapanpun kita pergi. Aamiin…
Semoga tulisan ini bermanfaat
untuk bekal menuju kematian yang akan datang secara tiba-tiba. Dan semoga Allah
mengampuni kita semua baik di dunia maupun di akhirat.
Mari konsep hidup kita dengan
baik, sesuai apa yang telah Allah tuliskan dalam Kitabnya dan seperti perbuatan
yang Rasulullah contohkan. Agar kita sukses menjadi hamba Allah yang cinta
dunia untuk bekal akhirat. Dan agar kita bisa mengakhiri hidup ini dengan
Khusnul Khatimah.
Wallahua’lam bis showaab
No comments:
Post a Comment