Monday, May 21, 2012


Jenis Hamba Allah Yang Manakah Kita?

Jumat, 18/05/2012 07:30 WIB

oleh Abul Ala Maududi


Apa yang akan kita katakan perihal seorang pelayan yang , yang kelihatannya, melaksanakan tugas menurut perintah tuannya, hanya selalu berdiri di depan tuannya dengan posisi tangan bersedekap dan tetap meyebut nama tuannya? Tuannya memerintahkannya untuk pergi dan melaksanakan kewajiban kewajiban
kemanusiaannya, tetapi ia tetap berdiri di tempat. Lagi lagi dia menunduk kepada tuannya, mengucapkan salam dan tetap dalam posisi berdiri dengan tangan bersedekap. Tuannya menyuruhnya pergi dan melawan kejahatan untuk memusnahkannya, tapi ia tidak bergerak sedikitpun. Dia tetap berdiri di depan tuannya. Tuannya menyuruhnya untuk memotong tangan pencuri, tetapi si pelayan tetap saja berdiri sambil menggumamkan kata kata dengan santainya” potonglah tangan pencuri, potonglah tangan pencuri,” tanpa pernah berusaha untuk memotong tangan pencuri.



Apakah kita akan mengatakan bahwa orang ini benar benar melayani tuannya? Dan apa keputusan yang akan kita ambil jika kita memiliki beberapa pelayan dan salah satunya bertindak demikian?

Tetapi betapa sering kita, orang yang menganggap diri kita sebagai penyembah atau hamba Allah, berbuat seperti ini? Bagaimana, misalnya, dengan orang yang membaca sejak pagi hingga petang pesan pesan Al Quran namun tidak pernah bergerak untuk melaksanakan pesan pesan tersebut, menyebut AsmanNya beribu kali, shalat terus menerus dan membaca Al Quran tanpa henti dengan suara indah? Jika kita melihatnya melakukan ini semua dan menilai ,” betapa tulusnya dan salehnya orang ini,” Jujur kita tertipu karena kita tidak mengetahui makna IBADAH yang BENAR.

Ada lagi pelayan yang lain. Pelayan yang satu ini sibuk siang dan malam melakukan tugas tugas yang dibebankan kepadanya oleh orang lain, tapi bukan oleh tuannya . Sementara dia terus menerus menghina perintah tuannya dan mencoba menutupi hal ini dengan selalu hadir pada jam jam pertemuan dan samasekali tidak ada kehilangan waktu pertemuan dengan tuannya. Jika kita memiliki pelayan seperti ini, apa yang akan kita lakukan terhadapnya? Tidakkah kita akan kecewa? Jika dia menyebut kita dengan kata tuan atau majikan, tidakkah kita akan menjawab,

“kamu hanyalah seorang kurang ajar dan penipu, kamu ambil gaji dariku tapi bekerja untuk orang lain, bukan untukku.”


Betapa mengherankan bahwa orang yang aktif dalam sholat, puasa , zikir, baca Al Quran, naik haji, berinfak, namun siang dan malam ia melanggar hukum Allah serta mengikuti kemauan dan perintah orang orang kafir. Lagi lagi kita tertipu, karena tidak sadar dengan makna ibadah.

Ada pelayan yang lain lagi. Pakaiannya benar benar terjahit rapih dan sempurna, selalu tampan seperti yang dikehendaki tuannya. Dia hadir kehadapan tuannya dengan menunjukkan rasa hormat dan pujian. Kapan pun diberi perintah dia patuh dan mengatakan, “dengan sepenuh hati, akan saya patuhi.” Seakan akan tidak ada lagi orang yang bisa dipercaya. Dia selalu mengutamakan pujian kepada tuannya. Namun pada saat yang sama dia juga mengabdi kepada musuh dan lawan tuannya, berpartisipasi dengan mereka berupaya untuk menjatuhkan nama tuannya. Dalam gelapnya malam dia berkhianat di rumah tuannya, tetapi pada pagi harinya tangannya bersedekap di hadapan tuannya seperti seorang pelayan yang paling terpercaya.

Apa penilaian kita terhadap pelayan tersebut?

Jelas kita akan mengatakan, Dia munafik, melawan dan tidak loyal.” Lalu kita sebut apa orang yangmenjadi pelayan Allah tetapi berbuat seperti ini? Mungkin mereka kita sebut syeikh, ustadz, kyai dan lain sebagainya. Mungkin kita nilai mereka adalah orang baik, saleh ? penilaian ini karena kita tertipu oleh penampilan luar seperti jenggot, pakaian di atas mata kaki, bekas sujud di dahi, berlama lama dalam berzikir? …kesalahan ini lagi lagi karena kita salah memahami tentang IBADAH.


Terlalu sering kita menganggap bahwa yang disebut ibadah adalah menghadap kiblat dengan bersedekap, membungkuk dengan tangan memegang lutut, sujud ansich. Atau kita menganggap ibadah adalah menahan lapar dan haus dari pagi hingga petang selama bulan romadhon saja. Kita menganggap membaca Al Quran adalah ibadah. Kita menganggap ibadah adalah berangkat menuju Makkah untuk berhaji. Pendeknya kita menganggap ibadah hanya ucapan ucapan dan tindakan tindakan ritual saja. Dan ketika kita menemui orang yang melakukan itu semua, dan tidak lebih dari itu , kita sudah menganggap mereka sudah beribadah. Dan mereka sudah melakukan tugasnya kepada Allah, mereka adalah seorang peyembah yang benar dan menunjukkan ibadah kepada Allah.

Tidak ! Sekali kali Ibadah bukanlah hanya seperti itu !
Jadi apa makna ibadah sebenarnya?
 

Ibadah adalah pengabdian hamba seumur hidup terhadap Allah.

Kita harus mengikuti, dalam setiap langkah kehidupan kita, Hukum Allah dan menolak untuk mematuhi hukum apapun yang bertentangan dan tidak berasal dengan hukumNya. Segalanya harus kita kerjakan harus sesuai dengan ajaran Allah. Hanya dengan cara demikian, segala hidup kita akan mendapatkan makna menyembah Allah.


Dengan kehidupan semacam ini, dari ibadah ritual hingga segalanya aktivitas akan menjadi ibadah, apakah sedang tidur atau terjaga, minum dan makan, kerja atau istirahat, bergaul dengan isteri , semua aktifitas menjadi religious, asalkan dalam pelaksanaanya kita mengikuti ketentuan ketentuan yang diajarkan Allah dan tetap sadar setiap saat dan setiap langkahnya apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkanNya, dan apa yang diwajibkan dan apa yang harus dihindari, apa yang diridhoi dan apa yang di murkaiNya. (MM/Let us be muslims)




No comments:

Post a Comment