Jenis Hamba Allah Yang Manakah
Kita?
Jumat, 18/05/2012 07:30 WIB
Apa yang akan kita katakan perihal seorang pelayan yang , yang kelihatannya,
melaksanakan tugas menurut perintah tuannya, hanya selalu berdiri di depan
tuannya dengan posisi tangan bersedekap dan tetap meyebut nama tuannya? Tuannya
memerintahkannya untuk pergi dan melaksanakan kewajiban kewajibankemanusiaannya, tetapi ia tetap berdiri di tempat. Lagi lagi dia menunduk
kepada tuannya, mengucapkan salam dan tetap dalam posisi berdiri dengan tangan
bersedekap. Tuannya menyuruhnya pergi dan melawan kejahatan untuk
memusnahkannya, tapi ia tidak bergerak sedikitpun. Dia tetap berdiri di depan
tuannya. Tuannya menyuruhnya untuk memotong tangan pencuri, tetapi si pelayan
tetap saja berdiri sambil menggumamkan kata kata dengan santainya” potonglah
tangan pencuri, potonglah tangan pencuri,” tanpa pernah berusaha untuk memotong
tangan pencuri.
Apakah kita akan mengatakan bahwa
orang ini benar benar melayani tuannya? Dan apa keputusan yang akan kita ambil
jika kita memiliki beberapa pelayan dan salah satunya bertindak demikian?
Tetapi betapa sering kita, orang
yang menganggap diri kita sebagai penyembah atau hamba Allah, berbuat seperti
ini? Bagaimana, misalnya, dengan orang yang membaca sejak pagi hingga petang
pesan pesan Al Quran namun tidak pernah bergerak untuk melaksanakan pesan pesan
tersebut, menyebut AsmanNya beribu kali, shalat terus menerus dan membaca Al
Quran tanpa henti dengan suara indah? Jika kita melihatnya melakukan ini semua
dan menilai ,” betapa tulusnya dan salehnya orang ini,” Jujur kita tertipu
karena kita tidak mengetahui makna IBADAH yang BENAR.
Ada lagi pelayan yang lain.
Pelayan yang satu ini sibuk siang dan malam melakukan tugas tugas yang dibebankan
kepadanya oleh orang lain, tapi bukan oleh tuannya . Sementara dia terus
menerus menghina perintah tuannya dan mencoba menutupi hal ini dengan selalu
hadir pada jam jam pertemuan dan samasekali tidak ada kehilangan waktu
pertemuan dengan tuannya. Jika kita memiliki pelayan seperti ini, apa yang akan
kita lakukan terhadapnya? Tidakkah kita akan kecewa? Jika dia menyebut kita
dengan kata tuan atau majikan, tidakkah kita akan menjawab,
“kamu hanyalah seorang kurang
ajar dan penipu, kamu ambil gaji dariku tapi bekerja untuk orang lain, bukan
untukku.”
Betapa mengherankan bahwa orang
yang aktif dalam sholat, puasa , zikir, baca Al Quran, naik haji, berinfak,
namun siang dan malam ia melanggar hukum Allah serta mengikuti kemauan dan
perintah orang orang kafir. Lagi lagi kita tertipu, karena tidak sadar dengan
makna ibadah.
Ada pelayan yang lain lagi.
Pakaiannya benar benar terjahit rapih dan sempurna, selalu tampan seperti yang
dikehendaki tuannya. Dia hadir kehadapan tuannya dengan menunjukkan rasa hormat
dan pujian. Kapan pun diberi perintah dia patuh dan mengatakan, “dengan sepenuh
hati, akan saya patuhi.” Seakan akan tidak ada lagi orang yang bisa dipercaya.
Dia selalu mengutamakan pujian kepada tuannya. Namun pada saat yang sama dia
juga mengabdi kepada musuh dan lawan tuannya, berpartisipasi dengan mereka
berupaya untuk menjatuhkan nama tuannya. Dalam gelapnya malam dia berkhianat di
rumah tuannya, tetapi pada pagi harinya tangannya bersedekap di hadapan tuannya
seperti seorang pelayan yang paling terpercaya.
Apa penilaian kita terhadap
pelayan tersebut?
Jelas kita akan mengatakan, Dia
munafik, melawan dan tidak loyal.” Lalu kita sebut apa orang yangmenjadi
pelayan Allah tetapi berbuat seperti ini? Mungkin mereka kita sebut syeikh,
ustadz, kyai dan lain sebagainya. Mungkin kita nilai mereka adalah orang baik,
saleh ? penilaian ini karena kita tertipu oleh penampilan luar seperti jenggot,
pakaian di atas mata kaki, bekas sujud di dahi, berlama lama dalam berzikir?
…kesalahan ini lagi lagi karena kita salah memahami tentang IBADAH.
Terlalu sering kita menganggap
bahwa yang disebut ibadah adalah menghadap kiblat dengan bersedekap, membungkuk
dengan tangan memegang lutut, sujud ansich. Atau kita menganggap ibadah adalah
menahan lapar dan haus dari pagi hingga petang selama bulan romadhon saja. Kita
menganggap membaca Al Quran adalah ibadah. Kita menganggap ibadah adalah
berangkat menuju Makkah untuk berhaji. Pendeknya kita menganggap ibadah hanya
ucapan ucapan dan tindakan tindakan ritual saja. Dan ketika kita menemui orang
yang melakukan itu semua, dan tidak lebih dari itu , kita sudah menganggap
mereka sudah beribadah. Dan mereka sudah melakukan tugasnya kepada Allah,
mereka adalah seorang peyembah yang benar dan menunjukkan ibadah kepada Allah.
Tidak ! Sekali kali Ibadah
bukanlah hanya seperti itu !
Jadi apa makna ibadah sebenarnya?
Ibadah adalah pengabdian hamba
seumur hidup terhadap Allah.
Kita harus mengikuti, dalam
setiap langkah kehidupan kita, Hukum Allah dan menolak untuk mematuhi hukum
apapun yang bertentangan dan tidak berasal dengan hukumNya. Segalanya harus
kita kerjakan harus sesuai dengan ajaran Allah. Hanya dengan cara demikian,
segala hidup kita akan mendapatkan makna menyembah Allah.
Dengan kehidupan semacam ini,
dari ibadah ritual hingga segalanya aktivitas akan menjadi ibadah, apakah
sedang tidur atau terjaga, minum dan makan, kerja atau istirahat, bergaul
dengan isteri , semua aktifitas menjadi religious, asalkan dalam pelaksanaanya
kita mengikuti ketentuan ketentuan yang diajarkan Allah dan tetap sadar setiap
saat dan setiap langkahnya apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkanNya, dan
apa yang diwajibkan dan apa yang harus dihindari, apa yang diridhoi dan apa
yang di murkaiNya. (MM/Let us be muslims)
No comments:
Post a Comment